Selasa, 28 Mei 2013

Penghargaan Negarawan Untuk SBY Diprotes.



Penghargaan Negarawan Dunia Untuk SBY Diprotes
Penghargaan ‘Negarawan Dunia’ untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang akan diserahkan oleh  Appeal of Conscience Foundation –ACF- di New York akhir Mei 2013, diprotes sejumlah pegiat HAM, khususnya FM Suseno SJ, Pastor Katholik dan professor ilmu filsafat. Dalam surat terbuka kepada ACF, FM Suseno SJ menulis: “Rencana itu sangat memalukan dan mempermalukan Anda sendiri. Itu dapat mendiskreditkan klaim apa pun akan Anda buat sebagai institusi berlandaskan moralitas. Apakah Anda tidak tahu tentang kesulitan umat Kristen mendapatkan izin membuka tempat ibadah, tentang meningkatnya jumlah penutupan paksa terhadap gereja-gereja, tentang banyaknya regulasi yang membuat kaum minoritas lebih sulit beribadah kepada Tuhan, serta intoleransi  tumbuh begitu pesat di tingkat akar rumput? Dan secara khusus apakah Anda tidak pernah mendengar tentang sikap memalukan dan sangat berbahaya dari kelompok agama garis keras terhadap apa yang disebut ajaran sesat, seperti jemaah Ahmadiyah dan warga Syi’ah? Serta pemerintah yang dipimpin SBY tidak melakukan apa-apa dan enggan mengatakan sepatah kata pun untuk melindungi mereka?
Walau pun ada yang protes, Presiden SBY tetap saja berangkat untuk menerima penghargaan kelas dunia itu. Melalui Jurubicaranya, Julian Pasha, Presiden  berkomentar bahwa , “Masih ada orang yang mengatasnamakan semua pihak namun memiliki pemahaman sempit kepada kepala negaranya.” Menurut Presiden, pemerintah sudah melakukan pelbagai usaha menyangkut keberadaan kaum minoritas, antara lain menerbitkan SKB 3 Menteri . Selain itu hal-hal yang disebutkan FM Suseno SJ adalah kasus. Tidak terjadi secara umum.
Surat FM Suseno SJ itu tidak mengurungkan keputusan ACF untuk memberi penghargaan sebagai ‘Negarawan Dunia’ kepada Presiden SBY. Penghargaan itu diberikan tentu setelah meneliti dalam waktu cukup lama kebijakan-kebijakan  yang diambil Presiden SBY di bidang-bidang perdamaian, demokrasi, toleransi dan dialog antar kepercayaan. Namun keluhan-keluhan FM Suseno SJ jangan pula dianggap sepi. Walau pun cuma kasuistis, tindakan anarkis oleh sekelompok warga terhadap warga lain tetap saja melanggar HAM dan harus dihentikan.

Rabu, 15 Mei 2013

PKS vs KPK Masih Belum Usai


 

Perseteruan Partai Keadilan Sejahtera –PKS- melawan Komisi Pemberantasan Korupsi –KPK- hingga Rabu, 15 Mei 2013 belum selesai. Kedua pihak saling memberi penjelasan posisi masing-masing tentang tindakan penolakan penyitaan lima mobil Mantan Presiden PKS Luthfi Hasan di Kantor DPP PKS di Jakarta pada Senin, 6 Mei lalu. Pihak PKS melalui Wasekjen  Fachri Hamzah menyatakan, penolakan karena KPK tidak membawa surat perintah. Sebaliknya pihak KPK diwakili Jurubicara Johan Budi menyatakan KPK sudah bekerja sesuai prosedur. Berarti, petugas penyitaan telah membawa surat perintah. PKS kemudian melaporkan KPK kepada polisi atas dasar penilaian tindakan tidak menyenangkan. Sampai di sini, sebenarnya masih wajar-wajar saja. KPK merasa sudah sesuai prosedur, sebaliknya PKS menyatakan sebaliknya. Siapa yang benar, tugas polisi untuk menyelidiki dan menyatakan kebenaran apa adanya. Lantas, bagaimana soal tindakan penyitaan mobil? Kalau hanya menyangkut prosedur penyitaan, KPK dapat saja membuat surat perintah baru dan kembali ke Kantor DPP PKS. Tapi kalau yang dipersoalkan PKS adalah hak KPK menyita harta seorang tersangka, tentu memerlukan telaah undang-undang yang mengatur tindakan tersebut.

Yang menarik adalah permasalahan melebar ke mana-mana. Fachri Hamzah menyatakan bahwa memberantas korupsi itu mudah. Kalau ia yang menjadi presiden, korupsi akan dapat diberantas dalam satu tahun. Kalau ia menjadi Ketua KPK korupsi habis dalam tiga tahun. Ia juga menilai tindakan-tindakan KPK tidak ubahnya tindakan penguasa orba. Sebaliknya Johan Budi menjelaskan , KPK selalu bertindak sesuai prosedur. Ia tidak keberatan KPK dilaporkan kepada polisi, tinggal lagi membuktikan apa sebenarnya terjadi di lapangan. Johan Budi membantah sedang terjadi ‘perang opini’ sebab KPK tidak bertugas membentuk opini publik.

Terlepas dari masalah penyitaan lima mobil milik Luthfi Hasan , ada yang tersirat yaitu PKS tidak puas dengan kinerja KPK selama ini. Kalau itu masalahnya, kan bisa dibicarakan dalam acara dengar pendapat dengan pihak KPK di DPR. Saran-saran perbaikan dapat diberikan kepada KPK untuk terciptanya kinerja lebih baik dimasa mendatang.

Selasa, 14 Mei 2013

Perang Dunia III Sudah dekat?



Seorang pengamat hubungan internasional, Mike Portal, yakin Perang Dunia –PD-III sudah dekat. Keyakinannya itu setelah menganalisa sengketa-sengketa yang sedang terjadi dewasa ini. Rusia dan Cina mendukung pemerintahan Basar al Assad di Suriah untuk menghambat cita-cita ‘globalisasi’ Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Untuk itu Rusia mengirim 36 kapal perang dan 125 pesawat tempur. Belum ada berita apakah Cina melakukan hal sama. Sedangkan Iran yang berseteru dengan Amerika Serikat mengirim 15 ribu tentara untuk membantu rezim Assad di Suriah. Sementara itu pasukan Suriah berhadap-hadapan dengan pasukan Israel di perbatasan yang berdekatan dengan dataran tinggi Golan. Sejak perang 1967, Suriah tidak mampu membebaskan Golan dari pendudukan Israel. Di lain pihak Turki yang anggota NATO malah merapat ke Iran. Mesir yang mengobarkan perang tahun 1967, sedang berusaha membatalkan Perjanjian Camp David  yang disepakati tiga tokoh, Jimmy Carter, Anwar Sadat dan Menahem Begin. Perjanjian itu mengakibatkan Mesir mengakui keberadaan Israel sebagai sebuah negara, sedangkan Israel mengembalikan Sinai kepada Mesir. Akibat lainnya, terjadi pembunuhan terhadap Presiden Mesir Anwar Sadat yang dilakukan kelompok anti Perjanjian Camp David. Iraq yang tampaknya sudah tenang, ternyata sedang bergolak. Kelompok perlawanan yang ditaklukkan Amerika Serikat dalam perang tahun 2003 kembali bangkit untuk menggulingkan pemerintah Iraq yang sedang berkuasa. Begitu juga Afghanistan yang diduduki Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya tahun 2001, kini sedang bangkit melawan  berupa kekuatan gabungan Taliban dengan Al Qaeda. Perlawanan juga terjadi di Libya, digerakkan kelompok yang setia kepada Moammer Khadafi dan Libanon antara Israel dengan Hizbullah.
Yang menarik, alih-alih menyerang Iran, Israel malah akan menyerbu Suriah untuk melenyapkan pengaruh  Iran di kawasan itu. Serbuan juga akan dilakukan Amerika Serikat terhadap Korea Utara disebabkan pembangkangan Korea Utara terhadap sanksi-sanksi PBB. Sambil membalas serangan Amerika Serikat, Korea Utara pun menyerang Korea Selatan. Perang besar akan terjadi di Laut Kuning. Menariknya lagi, Australia akan mencaplok pulau-pulau terluar Indonesia , dijadikan pangkalan militer untuk membantu Korea Selatan melawan Korea Utara yang dibantu Cina. Ringkasnya, menurut Mike Portal PD III itu merupakan perang antara Amerika Serikat {Nasrani) + Israel (Yahudi) melawan  Iran (Islam) + Cina/Rusia (Komunis).
Analisa Mike Portal itu lebih bersifat ramalan yang diragukan kebenarannya. Misalnya, masa Indonesia mau melepas pulau-pulau terluar kepada Australia dijadikan pangkalan militer untuk membantu Korea Selatan.

Investasi dalam Islam




Acara ‘Damai Indonesiaku’ TV One pada Senin dinihari, 22 April 2013 mengangkat thema ‘Investasi Dalam Islam’. Dipandu pembawa acara David Chalik, tampil dua orang ustadz masing-masing Anwar Sanusi dan Maki. Kedua ustadz itu memaparkan panjang lebar bahwa investasi dalam Islam memiliki pengertian luas, termasuk bersedekah yang merupakan investasi untuk akhirat. Sayangnya dari kedua ustadz itu tidak ada penjelasan bagaimana seharusnya investasi dalam pengertian ilmu ekonomi menurut pandangan Islam.


Investasi adalah modal tertentu yang disertakan dalam kegiatan ekonomi, misalnya  untuk membangun sebuah pasar swalayan. Pemodal atau investor, logikanya mendapat untung. Cara-cara memperoleh keuntungan itulah yang dipertanyakan: bagaimana Islam mengaturnya?
Menjawab pertanyaan tersebut perlu dipelajari, apakah ada praktek investasi dizaman pemerintahan Islam dulu. Kalau ada tinggal ditelusuri, bagaimana mengatur keuntungan untuk pemodal. Sebaliknya kalau belum ada, bagaimana pula mengaturnya dalam keadaan sekarang.
Bank-bank Syariah yang ada sekarang menerapkan sistem bagi hasil bagi pemilik modal yang menyimpan uang baik dalam bentuk tabungan mau pun deposito. Apakah cara menghitung bagi hasil yang dipraktekkan bank-bank Syariah itu sama  dengan  bagi hasil dalam kegiatan investasi. Inilah sebetulnya yang harus dijelaskan kepada masyarakat. Yang mengetahui seluk beluk menghitung bagi hasil yang diterapkan bank-bank Syariah adalah pihak bank Syariah sendiri. Salah seorang dari tokoh perbankan Syariah, seperti Antonio Syafei, perlu dihadirkan untuk memberi penjelasan. Rumus apa yang dipakai utuk menggantikan sistem bunga yang riba itu. Juga harus dijelaskan, mengapa menyimpan uang di bank Syariah keuntungannya lebih kecil daripada bank konvensional.
Thema yang diangkat ‘Damai Indonesiaku’ TV One tentang ‘Investasi Dalam Islam’ pada Senin dinihari 22 April 2013 itu, belum terjawab. Kita ingin menganjurkan para pakar perbankan Islam lebih banyak lagi menjelaskan  seluk beluk bagi hasil  bagi pemilik modal baik yang menyimpan uagnya di bank-bank Syariah mau pun menyertakan modal dalam pelbagai proyek pembangunan.
Di pihak lain, para ustadz pun sebaiknya mempelajari sistem ekonomi Islam, termasuk perbankan Syariah yang memberlakukan sistem bagi hasil sebagai pengganti  sistem bunga yang haram itu. Sehingga ketika memberi ceramah yang ada kaitannya dengan masalah ekonomi, tidak terlalu jauh dari thema yang diangkat oleh penyelenggara.

Minggu, 12 Mei 2013

Meneer Den Uyl



Ia bernama Den Uyl, pria lansia yang tampak selalu bersemangat. Penampilannya sederhana, terlihat dari pakaian yang dikenakannya bukan merek terkenal..Ia memakai kemeja abu-abu dengan celana hitam. Menutup kemejanya itu sebuah jaket kulit, juga berwarna hitam. Tidak berdasi, berbeda dengan kebanyakan pria Belanda yang suka parlente.. Konon pria yang tidak berdasi termasuk golongan rakyat kecil, bukan dari kalangan kapitalis. Dengan pakaian yang sederhana itu Den Uyl tetap gagah dan bersemangat. Kesan itu diperoleh Sabarudin, ketika tidak sengaja berkenalan dengan Den Uyl di terminal bus Bussum. Mereka berada di satu ruangan tunggu sama menunggu bus dengan jurusan berbeda. Sabarudin menunggu bus ke Huizen. Den Uyl ke Hilversum.

“Ben U van Suriname?” sapa Den Uyl dengan ramah. Ia menyangka Sabarudin orang Suriname.

“Ne, meneer. Ik kom uit Indonesia…” jelas Sabarudin dengan ramah pula.

“O, gelukkig. We habben veel Indonesische mensen hier..” Den Uyl tampak senang. Tiba-tiba ia berdiri, menganggukkan kepala memberi hormat.

“Tabek, Tuan…” Sabarudin ikut berdiri member hormat sambil tertawa lebar.

“Maaf meneer. Itu bahasa tempo dulu. Sekarang sudah tidak terpakai lagi.” Sabarudin menjelaskan keadaan Indonesia yang terus mengalami perubahan, termasuk penggunaan bahasa. Den Uyl menyimak penuh perhatian.

“Apa bahasa Belanda masih digunakan di Indonesia?” tanya Den Uyl.

“Tidak lagi. Tetapi yang pernah sekolah Belanda, masih memakainya dalam percakapan ketika bertemu satu sama lain. Mereka sudah lansia.” Lantas Sabarudin menjelaskan penggunaan  bahasa Indonesia yang terus berkembang.

“Apa dengan keberadaan bahasa Indonesia itu, bahasa-bahasa daerah menjadi hilang?”

“Tidak. Bahasa-bahasa daerah tetap hidup. Orang akan menggunakan bahasa Indonesia ketika seorang yang baru dikenal tidak mengerti bahasa daerah setempat.”

“Kalau bahasa asing?”

“Yang banyak digunakan adalah bahasa Inggeris. Tapi bahasa-bahasa asing lainnya juga dipelajari untuk keperluan-keperluan khusus. “ Sabarudin berhenti berkata-kata ketika bus yang mereka tunggu datang beriringan. Mereka berpisah setelah bersalaman.

Tidak ada janji untuk bertemu lagi. Namun hari-hari berikutnya Den Uyl dan Sabarudin sering bertemu di terminal bus Bussum. Percakapan pun berkembang membicarakan pelbagai hal yang menarik perhatian masing-masing. Mereka saling menceritakan pekerjaan masing-masing. Den Uyl ternyata seorang buruh di sebuah pabrik pengolahan sampah. Ia mengeluh karena upah buruh di pabriknya masih terhitung rendah dibandingkan dengan pabrik-pabrik lain.

“Bukankah  gaji pekerja di Belanda termasuk baik?” tanya Sabarudin.

“Sebagian ya. Sebagian lagi tidak. Masih ada kesenjangan. Inilah yang sedang kami perjuangkan..”

“Maksud meneer?”

“Perjuangan secara politik di parlemen. Kami harus punya banyak kursi di parlemen, sehingga perjuangan buruh mendapat kemenangan.” Den Uyl berhenti bicara.  Ia menatap wajah Sabarudin.

“Dukunglah kami.” Suara Den Uyl terdengar serius. Sabarudin belum mengerti.

“Pilihlah Nederlands Communis Partij –NCP- dalam pemilu mendatang.” Sabarudin terkejut. Den Uyl ternyata seorang komunis. NCP cuma punya seorang wakil di Parlemen. Sekali pun minoritas, ia sangat yakin partainya suatu ketika akan menang. Ia juga tidak ragu-ragu mengajak orang yang baru dikenalnya ikut memilih NCP. Sabarudin menggeleng-geleng.

“Tidak mungkin meneer. Saya bukan warganegara Belanda…”

“Ambil saja kewarganegaraan Belanda.” Suaranya terdengar enteng. Ia tidak tahu apa yang terlintas dalam fikiran Sabarudin. Tampaknya ia yakin betul perjuangan buruh pantas didukung oleh semua orang, Belanda atau bukan. Sabarudin terdiam sambil memikirkan apa yang harus diucapkannya.

“Kalau cuma menjadi warganegara Belanda, tidaklah sulit,” kata Den Uyl lagi.

“Caranya?”

“Kawin saja dengan orang Belanda…”

“Semudah itu..?”

“Mengapa tidak? Apalagi orang seperti U. Tampan, punya gaji besar..” Sabarudin tersenyum mendengar pujian Den Uyl. Hanya bercanda?

“Beginilah,” Den Uyl bicara dengan nada lebih serius. “Saya punya anak perempuan, umur 20 tahun. Ia belum bersuami. Kalau U berkenan, kawinlah dengan anakku.” Permintaan Den Uyl betul-betul mengejutkan. Sabarudin menduga Den Uyl punya masalah pribadi dan mengkhawatirkan masa depan anaknya.

“Apa pendapat U?” tanya Den Uyl. Setelah berdiam diri saja, Sabarudin menanggapi saran Den Uyl.

“Saya tidak berfikir untuk menjadi warganegara Belanda. Yang saya fikirkan adalah alas an, mengapa harus mendukung komunis untuk memperjuangkan nasib kaum buruh.”

“Apa ada yang lebih baik dari komunis dalam memperjuangkan nasib buruh? Lihatlah di Cina, Vietnam dan Korea Utara. Kaum buruh di sana hidup senang, serba cukup. Orang kaya dan miskin tidak terlalu jauh kesejahteraannya dibandingkan dengan negara-negara kapitalis.” Nada suara Den Uyl penuh semangat. Ia yakin Sabarudin akan termakan kata-katanya.

“Ada,” kata Sabarudin mantap. Wajah Den Uyl tampak heran memperhatikan penjelasan Sabarudin.

“Solusinya adalah Islam.” Sabarudin menjelaskan panjang lebar ajaran Islam menyangkut buruh atau tenaga kerja. Begitu berharganya seorang pekerja, sehingga Nabi Muhammad SAW memerintahkan  ummat Islam membayar  upah seorang pekerja sebelum keringatnya keluar.

“Apa ada contoh penerapan ajaran Islam mendatangkan kesejahteraan bagi penduduk sebuah negara?” Suara Den Uyl  bernada sinis. Mungkin juga ia sudah terbawa arus pandangan negatif orang barat bahwa Islam adalah teroris.

“Contohnya Saudi Arabia. Di sana tidak ada orang miskin. Banyak orang dari negara-negara lain bekerja di sana karena gaji seorang pekerja cukup tinggi.” Den Uyl mengangguk-angguk, tapi tidak kehabisan akal untuk menyerang.

“Sayangnya, kaum majikan di Saudi Arabia suka menyiksa buruh kecil, seperti pembantu rumahtangga..”

“Itu soal lain meneer. Pelanggaran terhadap peraturan terjadi di mana-mana. Di sini juga begitu..”

“Misalnya?”

“Masih ada masyarakat Belanda yang rasialis. Kemarin di Amsterdam ada unjukrasa yang mengusir pekerja-pekerja asing kembali ke negara masing-masing. Mereka membawa spanduk besar bertuliskan: we zijn Nederlander, buitenlander ga weg!” Den Uyl terdiam. Ia mengakui kebenaran ucapan Sabarudin. Walau pun minoritas, sikap anti pekerja asing merusak citra Belanda sebagai negara yang memperlakukan  semua orang sama, termasuk pendatang asing.

Keduanya diam tenggelam dalam fikiran masing-masing. Den Uyl kehilangan ide untuk mematahkan argumentasi Sabarudin. Tampaknya ia mulai tertarik , ingin tahu lebih banyak tentang Islam.

“Di negara U sendiri, bagaimana? Apa sistem Islam sudah terlaksana dengan baik?” Suara Den Uyl tidak lagi terdengar sinis.

“Belum..”

“Kok begitu? Negara U punya penduduk Islam terbesar di dunia, mengapa sistem Islam tidak jalan?” Sabarudin memahami keheranan Den Uyl. Ia menjelaskan keberadaan Indonesia  yang tidak menjadikan Islam sebagai dasar negara. Secara ringkas Sabarudin menjelaskan pembentukan UUD 45 yang dijiwai oleh Piagam Jakarta. Semula, Piagam Jakarta itu memuat ketentuan untuk melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Tapi kalimat-kalimat yang memuat ketentuan tersebut terpaksa dihapus demi persatuan bangsa yang menganut pelbagai agama.

“Jadi ummat Islam Indonesia sebenarnya sedang berjuang untuk terlaksananya seluruh ajaran Islam. Bukan hanya sebagian-sebagian seperti:Nikah, Talak, Rujuk dan Warisan.” Ada warna heran dari wajah Den Uyl mendengar penjelasan Sabarudin. Indonesia, negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia belum dapat melaksanakan ajaran Islam sepenuhnya. Hukum potong tangan bagi pencuri , hukum rajam bagi pezina dan hukum qisas bagi pembunuh tidak dapat dilaksanakan. Untuk kasus-kasus seperti itu berlaku Hukum Positif yang merupakan peninggalam Belanda.

Topik pembicaraan mereka cukup berat untuk tempat mereka berada. Di sebuah terminal bus, percakapan lazimnya yang ringan-ringan saja. Sabarudin berdiri menuju mesin penjual minuman di dekat situ. Ia mengambil dua cangkir kopi. Segelas diberikannya kepada Den Uyl. Mereka menghirup kopi dengan nikmat sambil melihat lalu lalang di terminal Bussum. Sore musim panas terasa cerah. Namun angin mulai terasa kencang karena musim gugur  menjelang tiba.

Lama juga Sabarudin tidak melihat Den Uyl di terminal Bussum. Tidak tahu apa yang terjadi atas diri Den Uyl. Asyik bercakap-cakap pelbagai masalah, mereka malah lupa mencatat alamat masing-masing. Bagi Sabarudin, Den Uyl adalah seorang cerdas walau mengaku tidak sampai duduk di perguruan tinggi. Ia sangat yakin dengan perjuangan kaum buruh melalui jalur komunisme. Entahlah setelah mendengar penjelasan Sabarudin tentang Islam. Duduk sendirian tanpa Den Uyl yang senang berdiskusi , Sabarudin mengingat-ingat kembali ucapan-ucapan  kenalannya itu. Salah satu saran Den Uyl yang mendatangkan pertanyaan adalah  agar Sabarudin kawin dengan anak gadisnya.  Bagaimana pun sebagai bujangan, Sabarudin tergelitik juga. Pada saat itulah muncul seorang gadis. Tiba-tiba saja ia sudah berada di depan Sabarudin. Kehadirannya mengingatkan Sabarudin kepada  mendiang Suzana, bintang film Indonesia yang gemar peran-peran horror.

“Maaf, apa meneer kenal seseorang bernama Sabarudin?”

“Saya sendiri.. Jij siapa?”

“Saya Merian, anak Den Uyl..” Darah Sabarudin tersirap. Ada sesuatu yang tidak beres. Apalagi melihat wajah Merian yang murung. Gadis itu duduk setelah bersalaman dengan Sabarudin.

“Ada apa? Ayahmu baik-baik saja, kan?” Nada cemas dalam suara Sabarudin.

“Tidak meneer. Papa sudah meninggal…”

“Meninggal? Kapan?”

“Baru seminggu.”

“Sakit apa?”

“Tidak sakit. Kecelakaan. Jatuh  ketika membetulkan atap…”

“Saya turut berduka. Semoga jij tabah menghadapinya.”

“Terima kasih meneer.” Sabarudin  kasihan melihat Merian. Ia adalah anak satu-satunya Den Uyl. Sekarang tentu ia tinggal sendirian di flat mereka di Hilversum.

“Papa sering cerita tentang pertemuannya dengan meneer. Kami juga merencanakan mengundang meneer bertamu ke rumah. Sayang, tidak kesampaian. Ajal sudah menjemput Papa…” Sabarudin terharu mendengarnya. Kini ia berfikir tentang masa depan Merian. Apa yang dapat dilakukannya?

“Saya baru saja menemukan surat Papa untuk meneer di laci meja. Untuk itulah saya datang ke  sini. Ini, bacalah…” Merian menyerahkan surat dari papanya itu. Sabarudin membacanya  dengan rasa tidak keruan.

Meneer Sabarudin,

Saya merasa sesuatu akan terjadi pada diri saya. Saya mengkhawatirkan anak saya, Merian. Ia tidak punya siapa-siapa lagi. Kalau kalian salaing cocok, kawinlah. Saya percaya Meneer orang baik. Tentu akan sepenuh hati melindungi Merian. Tinggallah di flat kami di Hilversum.

Salam,

Den Uyl

Sabarudin menatap Merian  dengan rasa kasihan. Gadis itu pun balas menatap. Tentu ia sudah tahu isi surat Papanya itu. Tidak dapat ditebak apa yang terlintas dalam fikiran Merian. Ia bukan orang Melayu yang biasanya cenderung mengikuti keinginan orang tua. Sabarudin juga menghadapi situasi sulit. Walau ada wasiat seperti itu, tidak mudah baginya mengawini Merian. Ia harus mampu  membuat Merian suka padanya. Perlu waktu untuk pendekatan dan meyakinkan bahwa memang cocok menjadi sepasang suami isteri.

Angin musim gugur bertiup kencang ketika keduanya berpisah untuk bertemu lagi di lain hari.