Kamis, 27 Maret 2014

Ustadz GB Dilaporkan Ke Polisi


Ustadz GB yang mengecewakan banyak pasiennya karena biaya pengobatan yang mahal sedangkan penyakit tidak sembuh-sembuh, akhirnya dilaporkan ke polisi. Pihak kepolisian  sedang mempelajari kasus ini dan akan segera bertindak setelah menemukan bukti-bukti yang cukup. Kasus pengobatan model Ustadz GB akhir-akhir ini dihebohkan berupa pengakuan para mantan pasien yang berbicara dalam berbagai acara talk show TV. Intinya mereka mempertanyakan, apa memang dibenarkan dalam Islam  model pengobatan seperti dilakukan Ustadz GB yaitu dengan syarat pasien membayar infaq yang jumlahnya bervariasi dari 5 sampai 25 juta rupiah. Kegunaan uang infaq tersebut bermacam-macam, mulai dari pembayar sejumlah orang membaca Qur’an 30 juz sampai pembeli seekor kerbau. Sejumlah pasien yang ingin sembuh berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi semua persyaratan. Setelah  ternyata tidak sembuh, mereka merasa ditipu dan minta uang kembali.
MUI yang dilapori masalah ini berpendapat, model pengobatan Ustadz  GB menyalahi secara syar’i atau hukum Islam. Tidak ada ketentuan membayar infaq untuk orang yang berobat. Seorang ulama meminta masyarakat berhati-hati dan mampu membedakan antara ustadz dengan penipu. “Pakaiannya sama, susah dibedakan..” kata ulama itu.
Ustadz GB sendiri menyatakan bersedia mengembalikan uang yang sudah disetorkan pasien kepadanya . Syaratnya,  membawa bukti yang cukup. Masalahnya, uang yang diberikan para pasien tidak ada tanda terima dari Ustadz GB. Pertanyaannya, apa keterangan para saksi dapat dijadikan barang bukti oleh polisi?

Heboh pengobatan Ustadz GB berujung dengan penutupan padepokan atau tempat praktek pengobatannya. Kegiatan Ustadz GB sebagai tabib berakhir. Sebaiknya ia mendalami tugasnya sebagai ustadz yaitu membekali  masyarakat dengan ilmu Islam yang benar. Kalaupun mau menolong orang berobat dengan methode rukyah, lakukan dengan ikhlas, tanpa meminta imbalan. Di lain pihak masyarakat hendaknya sadar bahwa tidak ada orang suci yang mampu menyembuhkan penyakit yang selama ini tidak sembuh-sembuh . Berobat ke mana pun juga adalah ikhtiar, sedangkan kesembuhan sepenuhnya  terjadi atas izin Allah SWT. 

Senin, 24 Maret 2014

Timbangan Buku ‘Indonesia Di Jalan Restorasi’


Sebuah buku baru tulisan Will y Aditya  memaparkan politik gagasan Surya Paloh menuju Indonesia baru.  Dalam prakatanya penulis menjelaskan alasan menulis  buku ini. “Konsistensi  sikap, tindakan dan visi  untuk sebuah  Indonesia baru inilah yang membuat saya menuliskan apa yang menjadi pikiran dan aaatindakan Bung Surya dalam memimpin dan menggelorakan  gerakan perubahan di bumi Zamrud Khatulistiwa ini.” Jadi, sedang terjadi gerakan perubahan menuju Indonesia baru yang dipimpin oleh Surya  Paloh. Mengingat ada partai politik lain yang juga mengusung  perubahan bagi masa depan Indonesia, timbul pertanyaan,  apa ada hubungan  satu sama lain?
Adapun perubahan menuju Indonesia baru itu meliputi semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara: politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain-lain. Di bidang ekonomi misalnya, diperlukan  road map yang memandu pengelolaan sumber daya yang menuju kemandirian, seperti optimalisasi sumber daya maritim, revitalisasi budaya pertanian, peninjauan ulang diplomasi ekonomi, pembenahan sistem moneter, revisi kebijakan investasi,penguatan inovasi teknologi, peningkatan kapasitas sumber daya, penataan sistem ketenagakerjaan, peninjauan ulang hubungan dagang, pembenahan badan-badan usaha milik negara, perimbangan dana pusat dan daerah, serta pembangunan industri  nasional. Dengan mengemukakan hal-hal tersebut, ada penilaian bahwa apa yang  sedang dilakukan pemerintah sekarang ini, masih belum pas. Road map pengelolaan ekonomi itu tentunya sudah dimiliki Partai Nasdem sebagai kenderaan politik gerakan perubahan yang dipimpin oleh Surya Paloh.
Menarik untuk dicermati kutipan ucapan Surya Paloh yang ditulis dengan huruf besar-besar pada bagian depan buku berbunyi, “Kita dipertemukan oleh sejarah,  Bung! Aku seorang Sukarnois dan begitu pula kau, ini  kehendak zaman,”
Pernyataan tersebut membuat  orang awam bertanya, apakah upaya merubah Indonesia itu menerapkan kembali gagasan-gagasan Bung Karno yang lenyap bersamaan dengan tumbangnya kekuasaan sang pemimpin besar revolusi? Atau hanya untuk menghidupkan semangat kebangsaan agar lebih percaya dan mengandalkan k emampuan bangsa sendiri dalam mengubah Indonesia menjadi lebih baik dimasa mendatang.






?