Rabu, 03 Januari 2018

Ancaman Presiden AS Kepada Negara-negara Pendukung Resolusi MU PBB Tentang Yerusalem



Sekalipun Presiden AS Donald Trump mengancam menjelang pemungutan suara di sidang darurat MU PBB, namun sidang yang diselenggarakan tanggal 21 Desember 2017, menghasilkan: 128 menentang, 9 mendukung AS dan 35 abstain. Nah apa Trump benar-benar menarik bantuan AS kepada sebagian besar negara-negara pendukung resolusi sidang darurat MU PBB? Belum ada tindak lanjut ancaman Trump itu, termasuk kepada Indonesia yang menjalin kerjasama ekonomi dan perdagangan dengan AS.
Sikap negara-negara pendukung resolusi sidang darurat MU PBB tentang status Yerusalem itu patut dipuji karena mereka berani mengambil keputusan sekalipun sudah diancam. Yang perlu dipersiapkan oleh negara-negara penentang keputusan Trump tentang Yerusalem adalah langkah berikutnya jika AS benar-benar menarik bantuannya. Mereka harus meningkatkan ketahanan  masing-masing diberbagai bidang, sehingga tidak tergantung kepada AS.
Resolusi sidang darurat MU PBB tentang status Yerusalem tidak menyebutkan sanksi bagi AS jika benar-benar melaksanakan keinginannya memindahkan kedubesnya dari Tel Aviv ke Yerusalem. Bahkan resolusi-resolusi DK PBB tentang Pelestina yang terus menerus dilanggar oleh Israel tidak menyebutkan sanksi atas pelanggaran. Inilah masalahnya. PBB baik melalui DK maupun MU bisa saja mengeluarkan berbagai resolusi. Tapi menjadi kehilangan makna ketika dilanggar oleh pihak-pihak terkait. PBB menjadi tidak berdaya mengatasi pelbagai konflik dunia. Itulah mengapa muncul gagasan untuk memperbaharui PBB, sekalian memindahkan markasnya dari tanah AS. Usaha yang cukup gencar dilakukan dalam masa jabatan Sekjen PBB Koffie Annan, sampai sekarang belum membuahkan hasil. Pada akhirnya memang tergantung kepada negara-negara yang bersengketa untuk mampu mempertahankan haknya masing-masing. Akan halnya Palestina, ditunggu kebangkitan negara-negara Arab yang kalah perang melawan Israel tahun 1967

Bagaimanapun keputusan sidang darurat MU PBB tentang Yerusalem merupakan pukulan bagi AS. Mestinya AS insyaf bahwa dunia tidak tunduk kepada keinginan AS yang mengabaikan aspirasi bangsa-bngsa lain.