Crimea, kawasan di Semenanjung Laut Hitam kembali bergabung
dengan Rusia sebagai hasil referendum 16 Maret 2014. Referendum itu digugat
Amerika Serikat dan Uni Eropa sebagai campur tangan Rusia dalam urusan dalam
negeri Ukraina. Pemerintah Ukraina sendiri tidak dilibatkan dalam proses
referendum, begitu juga dunia internasional seperti di Timor Timur tahun 1999.
Pelaksanaan referendum memang terasa di
bawah tekanan Rusia sehubungan kehadiran ribuan tentara dari negeri beruang merah itu.
Keinginan rakyat Crimea yang sebagian besar dari etnis Rusia
bergabung kembali dengan Moskow merupakan kelanjutan krisis politik Ukraina
beberapa bulan terakhir ini. Presiden Yanokovich yang pro Moskow dipecat
parlemen karena tidak mau menandatangani
kesepakatan kerjasama dengan Uni Eropa. Keadaan ini mendorong rakyat Crimea
menuntut kembali menjadi bagian Rusia,
setelah terpisah sejak 1954 atas kebjaksanaan politik PM Sovyet Kruschev.
Diakui atau tidak oleh dunia internasional, secara defacto
Crimea berada di bawah kekuasaan Rusia. Ukraina tidak berusaha mengusir pasukan
Rusia dari Crimea karena kekuatan militer yang tidak berimbang. Sedangkan
Amerika Serikat dan Uni Eropa tidak mau terlibat langsung bertempur melawan
Rusia. Yang dapat dilakukan negara-negara barat hanyalah menjatuhkan sanksi
ekonomi terhadap Rusia. Ini sudah dilakukan dengan mengeluarkan Rusia dari
kelompok negara-negara industri maju G8. Rusia jelas akan menderita kerugian
akibat sanksi ekonomi negara-negara barat. Di lain pihak, Uni Eropa juga
kerepotan karena selama ini tergantung
pada pasokan gas alam Rusia.
Kalau sama-sama rugi, apakah nantinya sanksi ekonomi terhadap Rusia akan
dapat berlangsung lama. Sedangkan Crimea toh tidak akan dilepaskan Rusia.Ada
baiknya Uni Eropa membujuk Ukraina untuk melihat keadaan secara realistis dan
menerima keadaan.
Dampak dari perkembangan politik di Crimea akan mendorong
negara-negara berkembang yang mendapat tekanan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya
meminta bantuan Rusia. Sekarang saja negara-negara barat tidak berani melakukan
tindakan militer di Suriah karena Rusia bersama Cina tidak sepakat.Keadaan ini
pula yang diyakini orang sebagai mulainya perang dingin jilid 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar