Sumatera Barat
diragukan sebagai pendukung Pancasila. Kesan ini timbul sehubungan ucapan Ketua
PDIP Puan Maharani awal September 2020 yang menyatakan jika calon gubernur/wakil
gubernur Sumbar dalam pilkada 2020 yang diusung PDIP menang, mudah-mudahan
dapat memastikan bahwa Sumbar memang mendukung Pancasila. Ucapan Puan itu ditafsirkan sebagai
meragukan dukungan Sumbar terhadap Pancasila. Tapi ada pula pendapat bahwa
ucapan itu berupa do’a agar Sumbar tetap
mendukung Pancasila.
Para tokoh Minang dan pakar pelbagai disiplin ilmu yang
dikumpulkan
Karni Ilyas dalam acara Klub Pengacara Indonesia di
TV One angkat bicara.Yang menonjol adalah keterangan Ustadz Abdul Somad bahwa orang Minangkabau sudah
berpancasila jauh sebelum istilah Pancasila itu lahir. Ia sama sekali tidak
menafsirkan ucapan Puan Maharani, karena yang punya ucapan itulah yang tahu maksud
sebenarnya.
Lantas Somad
menguraikan kehidupan orang Minangkabau sejak
zaman dahulu yang selalu berkaitan dengan nilai-nilai Pancasila. Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa misalnya, orang Minangkabau terkenal taat beragama. Para penyebar Islam, selain
dari Jawa banyak pula yang berasal dari Ranah Minang. Ringkasnya, tidak ada
orang Minangkabau yang menyembah batu atau pohon besar. Sila Kerakyatan yang
dipimpin hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan sudah
menjadi kebiasaan hidup sehari-hari. Menyangkut kepentingan masyarakat banyak,
orang Minangkabau memutuskannya dengan terlebih dulu bermusyawarah.Sehingga
mucullah ungkapan berbunyi, ‘bulek aie dek pambuluah, bulek kato dek mupakek’
(bulat air karena pembuluh, bulat kata
karena mufakat).
Uraian kelima sila
Pancasila yang cukup panjang itu diperkuat pula oleh penjelasan anggota DPR
Fadli Zon, bahwa dalam merumuskan Pancasila tahun 1945 sebelum bentuknya yang
sekarang, tiga tokoh Minang turut menyumbangkan fikirannya yaitu Mohammad
Hatta, Mohammad Yamin dan Mr, Asaat.
Nah, kalau dizaman now
ini masih ada orang yang meragukan kesetiaan warga Sumber terhadap Pancasila mungkin
berasal dari kalangan yang kecewa karena mayoritas warga Sumbar memilih Prabowo
dalam Pilpres 2019. Menilai seseorang atau kelompok masyarakat Pancasilais atau bukan, harus dilihat dari
sikap hidup sehari-hari orang atau masyarakat tersebut, bukan dari pilihan dalam pemilu atau
pilpres. Dalam pilpres 2019 beredar kabar dan ungkapan yang aneh-aneh misalnya,
“Kalau Jokowi menang, Sumbar akan memisahkan diri dari NKRI”. Begitu juga yang
ini, “Warga Sumbar yang memilih Jokowi adalah Malin Kundang”.