11 September HUT RRI Ke 75
11 September 2020 RRI berusia 75 tahun. Seperti biasa dalam acara
peringatan dibacakan lagi ikrar Try Prasetya RRI, satu diantaranya berbunyi
‘RRI Berada Di atas Semua Golongan’. Selama orba RRI ternyata berada di dalam
satu golongan tertentu, toh ikrar tersebut tetap dikumandangkan setiap 11
September.
Dalam zaman reformasi sekarang ini, RRI sudah tampak kembali ke jati
dirinya yang asli yaitu ‘Berada Di atas Semua Golongan’. Informasi yang
diberikan sudah seimbang, tidak semata-mata mempromosikan kebijakan pemerintah,
melainkan juga mengungkap ‘suara lain’ dalam masalah pelaksanaan nya. Dalam
salah satu komentarnya, RRI mempertanyakan bintang jasa yang diterima seorang
anggota dan seorang mantan anggota DPR.
Padahal keduanya tukang kritik Presiden Jokowi. Sang komentator, Widi Kurniawan
sampai pada kesimpulan bahwa antara jasa
yang diberikan sehingga memperoleh bintang, tidak ada hubungannya dengan kritik
kepada pemberi bintang jasa itu. Mempertanyakan tokoh yang mendapat bintang
jasa tiap bulan Agustus, tidak pernah terjadi dizaman orba.
Keutamaan siaran radio adalah cermat dalam menyebut istilah bahasa
asing. Masih ada penyiar yang keliru, misalnya ‘extra ordinary crime’, kata
‘crime’ dilafalkan ‘krim’. Kalau dulu di zaman Yul Khaidir menjadi Kepala Penyiar,
setiap penyiar selalu dilatih untuk melafalkan istilah dan nama asing dengan
benar. Misalnya, penyiar yang non Islam dilatih betul melafalkan
‘salallahu’alaihi wassalam’ sehingga terdengar seperti seorang Islam.Di ruang
Penyiar Dinas tersedia papan tulis yang mencantumkan nama-nama/istilah baru
dengan cara melafalkannya. Kekeliruan dalam melafalkan suatu istilah itu bisa
saja terjadi sewaktu-waktu. Yang penting penyiar yang salah ucap harus segera
diberi tahu. Seorang komentator siaran berbahasa Inggeris pernah salah
melafakan kata ‘resignation’ menjadi ‘rezaineisyen’. Penyiar senior Edwin Saleh
Indrapradja segera mendatangi sang komentator di studio siaran memberitahukan
cara melafalkan yang benar yaitu ‘rezigneisyen’. Sang komentator sangat
berterima kasih atas koreksi itu, apalagi yang mengoreksi adalah seorang
penyiar yang pernah lama mukim di Australia.
Dengan semboyan ‘Sekali Di udara Tetap Di udara’ seharusnya tidak ada
lagi siaran yang terputus walau 15 menit. Awal bulan September 2020, Warta Berita
pukul 0700 melalui pro III tidak di udara, sehingga RRI Bogor batal merelay dan
melanjutkan siaran lokal. Pro III baru kembali di udara pukul 0715. Ada apa?
Rekan-rekan teknisi yang tahu jawabannya
Di atas segalanya peranan penyelenggara siaran sangat menentukan dalam
menjadikan suatu siaran berjalan baik. Dalam hal ini menyangkut kesejahteraan
pegawai. Sampai dengan tahun 2000, operasional siaran RRI banyak tergantung
dari apa yang disebut ‘kerjasama lintas sektoral’. Misalnya untuk mempromosikan
kegiatan pertanian, bekerjasama dengan Departemen Pertanian. Petugas-petugas
RRI yang terlibat dalam kegiatan tersebut memperoleh honor dari anggaran
Departemen Pertanian. Setiap pegawai RRI, terutama yang bertugas di luar selalu
memikirkan cara-cara mendapat penghasilan tambahan untuk mencukupi gaji yang
luar biasa kecilnya itu. Tapi itu dulu, 20 tahun yang lalu. Mudah-mudahan
sekarang kesejahteraan para pegawai RRI sudah meningkat. Sebab kalau masih saja
di bawah Radio Malaysia atau Radio Singapura, maka harapan Kabul Budiono untuk
menjadikan RRI berkelas dunia, jauh panggang dari api.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar