Pilkada serentak sudah diambang pintu.
Pilpres setahun lagi. Partai-partai, KPU dan para analis sibuk dengan
pekerjaan mereka masing-masing. Partai-partai mempersiapkan tokoh
yang diandalkan untuk mendampingi Jokowi sebagai capres nanti.
Tokohnya bisa dari dalam partai atau luar partai. Sudah ada tokoh
yang menyatakan akan ikut lagi bertarung menantang Jokowi, walaupun
kalah dalam pilpres tahun 2014.Ia punya partai pendukung yaitu
partainya sendiri. Tinggal mencari dukungan partai lain agar memenuhi
syarat yang diperlukan menurut ketentuan UU Pemilu. Bahkan ada juga
tokoh yang menyatakan siap bertarung memperebutkan korsi orang nomor
satu di Indonesia, walaupun belum punya partai pendukung. Pilkada
juga begitu. Partai-partai sibuk mempersiapkan tokoh-tokoh yang dapat
diandalkan untuk menduduki kursi gubernur dan bupati. Bagitu juga
menetapkan para caleg untuk duduk di DPR.
KPU mempersiapkan segala sesuatunya
yang diperlukan bagi pelaksanaan pilkada/pilpres nanti.
Para analis? Juga sibuk menyampaikan
pendapat tentang peta kekuatan para calon peserta pilkada/pilpres.
Dari para analis masyarakat dapat memperkirakan siapa-siapa tokoh
yang akan maju dan memenangkan pilkda/pilpres nanti.
Yang tidak sibuk dan santai-santai saja
adalah orang awam atau bahasa kerennya 'Man On The Street'` Mereka
seperti tak perduli. Yang mereka pikirkan adalah mencukupkan
keperluan hidup sehari-hari. Seperti biasa, harga-harga sembako terus
meningkat menjelang bulan puasa dan lebaran.1439 H. Sembako
diperkirakan akan meningkat pula menjelang natal dan tahun baru
nanti.
Mengenai pilkada/pilpres, orang awam
menanggapinya santai menurut naluri saja. Tidak disertai teori yang
muluk-muluk. Saya terkejut ketika naik angkot dari Jatiwaringin ke
Pondok Gede, Bekasi, seorang ibu-ibu 40an tahun menunjuk reklame di
pinggir jalan yang mempromosikan Dedi Mizwar dan pasangannya untuk
menjadi gubernur/wakil gubernur Jawa Barat.
“Mereka tidak akan terpilih...”
katanya.
“Kenapa?” tanya ibu yang ada di
sebelahnya.
“Nggak kelihatan prestasinya...”
jawab ibu tadi.
“Siapa dong?”
“Kelihatannya Ridwan Kamil. Kelihatan
hasil kerjanya...” Ia tampak yakin dengan pendapatnya itu.
Percakapan ibu-ibu penumpang angkot itu beralih pada pilpres.
“Jokowi dan pasangannya akan terpilih
lagi.” Pendapat ibu yang mendukung Ridwan Kamil tadi.
“Mengapa? Kan lawannaya nanti juga
cukup berbobot..”
“Jokowi kelihatan sungguh-sungguh
bekerja. Hasilnya juga terlihat dengan nyata...” Ia tidak merinci
apa saja keberhasilan Jokowi.
“Selain itu tokoh yang pernah dekat
dengan Cendana, tidak akan dipilih. Dianggap bagian dari rezim
orba...”
Saya tercenung mendengar percakapan
ibu-ibu, orang awam, yang tidak mengerti politik itu. Mereka
mengandalkan naluri saja.Yang jelas, masyarakat juga sudah cerdas
menilai dan menentukan siapa-siapa yang pantas dan tidak pantas
menjadi pemimpin masa depan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar