Serangan udara Israel atas fasilitas nuklir Iran di Natanz menunjukkan negeri Yahudi
itu semakin brutal menggempur musuh-musuhnya. Sebelumnya. Israel juga menyerang fasilitas militer Iran di Suriah. Alasannya:
antisipasi, serang duluan sebelum
diserang. Sebaliknya pihak Iran berkoar akan membalas serangan-serangan militer Israel
itu. Sudah lebih dari 10 hari, tidak tampak adanya tanda-tanda gerakan militer
Iran untuk membalas Israel.
Israel tampaknya
sangat yakin akan keunggulan militernya setelah perang 6 hari tahun 67. Memang terjadi perang tahun
73, tapi hanya berhasil membebaskan Sinai dan separuh dari dataran tinggi Golan di Suriah. Selebihnya, wilayah-wilayah Palestina yang diduduki tahun 67 tetap dalam kekuasaan Israel. Bahkan
Israel berani membangun pemukiman Yahudi
di daerah-daerah pendudukan sekalipun
mendapat kecaman dunia. Bukan itu saja, Israel menjadikan Jerusalem sebagai ibukota negara Yahudi itu, padahal kota itu adalah bagian dari 1% wilayah Palestina yang menjadi daerah perwalian PBB.
Negara-negara Arab yang semula diharapkan menjadi pembela
utama Palestina, sudah tidak setia lagi. Dalam program yang disepakati Liga Arab tahun 1947,dinyatakan:
membebaskan Palestina dengan cara
perang. Sekarang sudah berubah. Sejumlah
negara Arab yang dipelopori Mesir membuka hubungan diplomatik dengan
Israel. Jalan berunding dianjurkan daripada
perang.Tinggal lagi Indonesia dan Malaysia yang tidak punya hubungan
diplomatik dengan Israel. Kedua negara ini tidak mengakui keberadaan
Israel yang memerdekakan
diri tahun 1948 di atas wilayah
Palestina yang lebih besar daripada
wilayah pemukiman Arab/Islam.
Jalan berunding sudah
dilakukan oleh Fatah dengan secuil wilayah di Tepi Barat. Hasilnya nihil.
Israel mengulur-ngulur waktu, sambil
memperkuat cengkramannya di wilayah pendudukan. Hamas dengan wilayah
Jalur Gaza, memang konsisten, tapi
strategi perangnya mudah dipatahkan
Israel. Ada gurauan yang sedikit konyol, seandainya Hamas membentuk batalyon
berisikan prajurit-prajurit sekelas Rambo, langsung diterjunkan
di daerah-daerah pendudukan, mungkin Israel dapat dikalahkan.
Namun harapan tetap ada. Janji Presiden Turki Erdogan untuk membebaskan Baitul Makdis, begitu juga memanasnya hubungan Iran – Israel mengandung harapan munculnya
kekuatan baru di luar Arab untuk menaklukkan kesombongan Israel.