Tewasnya Dubes AS untuk Libya, Christoper Stevens, di
Benghazi, Libya Timur pada 11 September lalu menimbulkan keterkejutan pemerintah AS. Sebab, setelah
menggulingkan Moammer Khadafi tahun lalu, rasanya keadaan Libya aman. Tidak
akan ada kelompok yang berani mengganggu warga negara AS, apalagi sekelas
dutabesar. Kenyataannya, sekelompok orang bersenjata menyusup di tengah-tengah
pengunjukrasa dengan menggunakan roket menyerang Konsulat AS di Benghazi.
Akibatnya Dubes AS beserta tiga orang stafnya tewas di tempat. Washington
menilai serangan itu aksi yang rumit namun terencana. Presiden Barack Obama
menyatakan akan menuntut keadilan, untuk itu tidak tertutup kemungkinan
melakukan tindakan militer. Ia mengirim dua kapal perusak, team anti terorisme,
penyelidik federal dan intelijen. Sampai
ditemukan bukti siapa pelaku serangan yang menewaskan Dubes AS itu, dugaan
sementara pelakunya adalah sisa-sisa loyalis Khadafi. Wakil Menteri Dalam
Negeri Libya Wanis al-Sharif menyatakan karena para penyerang menggunakan
roket, berarti ada tentara yang memanfaatkan keadaan yaitu sisa-sisa rezim
Khadafi.
Jika benar yang melakukan serangan adalah sisa-sisa rezim
Khadafi, berarti loyalis pemimpin Libya terguling itu masih berkeliaran di
Libya. Mereka ternyata dengan mudah memperoleh senjata termasuk roket. AS punya
dua lawan sekaligus di Libya yaitu sisa-sisa rezim Khadafi dan kelompk Ansar
al-Sharia yang pro Al Qaeda.
Para penyerang di Konsulta AS di Benghazi telah memanfaatkan
keadaan berlangsungnya unjukrasa anti AS gara-gara sebuah film yang dibuat oleh
warga AS keturunan Israel, dinilai menghina Islam. Film itu menggambarkan
Islam bagaikan penyakit kanker dan Nabi
Muhammad SAW sedang tidur dengan sejumlah wanita. Tuntutan para pengunjukrasa:
film itu dilarang beredar dan pembuatnya dihukum. Unjukrasa yang berubah
menjadi anti AS itu menjalar ke mana-mana, baik di negara-negara Timur Tenghah
mau pun Eropa, Australia, Asia, termasuk Indonesia.
Sebelum kejadian ini sudah sering terjadi unjukrasa
sehubungan penghinaan terhadap Islam baik berupa penggambaran sosok Nabi
Muhammad SAW dalam bentuk gambar kartun mau pun pembakaran kitab suci
Al-Qur’an. Sejauh itu belum tampak tindakan tegas pemerintah AS untuk menghukum
pihak-pihak yang menimbulkan kemarahan umat Islam.
Tindakan AS mengirim dua kapal
perusak untuk menangkap penyerang yang menewaskan Dubes Christopher Stevens
adalah hal yang perlu diapresiasi. Di lain pihak untuk membuat ummat Islam
sedunia bersimpati kepada AS, harus dengan menyelesaikan akar permasalahan,
yaitu: hentikan menghina ummat Islam dengan cara apapun!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar