Hanya dua pasangan Capres-Cawapres bertarung dalam pilpres 9
Juli 2014 setelah Partai Golkar resmi bergabung dengan Partai Gerindra pada 19
Mei 2014. Kedua pasangan itu adalah
Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta. Semula
ada dugaan Partai Golkar merapat
ke Partai Demokrat, tapi rupanya kedua petinggi partai itu gagal mencapai
kesepakatan. Tinggal menunggu sikap Partai Demokrat, apa mau bergabung dengan
salah satu dari dua pasangan yang sudah
ada, atau ‘netral’ saja.
Jika Partai Demokrat netral, tidak mendukung Capres-Cawapres
manapun, menunjukkan partai yang sempat menjadikan kadernya sebagai Presiden RI
selama 10 tahun kehilangan semangat bertarung. Padahal tugas sebuah partai
politik ikut bertarung dalam arti ‘berjuang’ untuk masa depan bangsa yang lebh
baik, kalau tidak mengusung kadernya sendiri, tentu kader partai lain.
Sebaliknya jika akhirnya bergabung
dengan salah satu pasangan Capres-Cawapres, maka Partai Demokrat kehilangan
dinamika alias telmi (telat mikir).
Adapun Partai Golkar yang habis-habisan mempromosikan ARB
sebagai Capres, kali ini tidak berhasil mencapai kainginannya. Bahkan tidak
juga menjadi Cawapres. Kalau nanti pasangan Prabowo-Hatta menang, Partai Golkar
tentu akan kebagian kursi di kabinet. Kalau
kalah, untuk pertama kalinya, Partai Golkar akan berada di luar
pemerintahan.
Bagian paling penting yang akan dijalani para
Capres-Cawapres adalah kampanye untuk menjelaskan program-program yang akan dilaksanakan jika
menang nanti. Selain itu ada debat TV dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
mana para calon memahami masalah-masalah bangsa dan cara menyelesaikannya.
Paham saja tidak cukup tanpa diiringi penjelasan kiat menyelesaikan masalah
yang ada. Misalnya ada isu aset-aset yang dikandung bumi Indonesia sudah
‘dikuasai’ pihak asing. Apa ya? Bukankah penanaman modal asing dilakukan
melalui perjanjian saling menguntungkan yang diatur UU? Begitu juga isu ‘kedaulatan pangan’ yang
seolah-olah Indonesia tergantung impor karena tidak mengutamakan pangan
produksi dalam negeri? Bukankah impor itu dilakukan karena pasokan dalam negeri
tidak mencukupi? Banyak lagi masalah lain yang belum terselesaikan dengan
menimpakan kesalahan kepada pemerintah.
Kampanye yang dilakukan secara bersahaja, apa adanya,
mengungkap inti permasalahan dan menyodorkan solusi yang tepat akan lebih memikat daripada
pidato-pidato dan teori-teori yang tidak adapat dilaksanakan di lapangan.