Setelah menerima hewan qurban dari Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono hari Jum’at, 26 Oktober 2012 di Mesjid Istiqlal Jakarta, panitia
qurban setempat berdo’a untuk presiden
dan keluarga agar senantiasa mendapat rahmat dari Allah SWT. Panitia juga
mendo’akan presiden agar diberi kekuatan dalam memimpin bangsa Indonesia untuk
mencapai masyarakat yang sejahtera.
Berdo’a untuk pemimpin memang baik. Masalahnya, kelaziman
dalam menyampaikan do’a itu. Tidak ada keterangan tentang bagaimana seharusnya
tata cara menyerahkan hewan qurban dari yang berqurban kepada panitia. Apa
memang ada ijab qabul dan dilanjutkan dengan do’a untuk yang berqurban. Dalam
riwayat, para nabi, baik Nabi Ibrahim maupun Nabi Muhammad SAW menyembelih
sendiri hewan qurbannya. Keberadaan sebuah panitia sama sekali tidak
disebut-sebut dalam riwayat. Yang umum berlaku di Indonesia adalah, panitia
hanya mencatat nama yang berqurban tanpa acara apa-apa. Sebelum memotong hewan
qurban, panitia mengumumkan nama yang berqurban dan menawarkan jika mau
menyembelihnya sendiri. Pada umumnya pula, yang menyembelih hewan qurban
diserahkan kepada pihak panitia.
Ada pun do’a yang dipanjatkan panitia qurban Istiqlal untuk
Presiden SBY itu tentu ada kaitannya dengan
hewan qurban yang telah diberikan. Sebab kalau hanya untuk mendo’akan
pemimpin, tentu dapat dilakukan saat khatib berdo’a ketika mengakhiri
khutbahnya. Nah, jika mendo’akan yang berqurban ada tuntunannya, seyogyanya,
panitia berdo’a setiap menerima hewan qurban. Jika ada 100 orang yang
menyerahkan hewan qurban, panitia pun harus berdo’a 100 kali. Kalau hanya
presiden yang dido’akan sedangkan yang lain tidak, tentu tidak adil. Sebab
kedudukan seorang presiden dalam beribadah, termasuk memberi hewan qurban, sama
saja dengan ummat Islam lainnya. Sebagai orang awam dalam soal-soal agama
Islam, saya hanya bertanya dalam hati: apakah mendo’akan orang yang
berqurban dalam sebuah acara yang tampak
formal, bukan tindakan yang mengada-ada?
Kalau tidak salah Nabi Muhammad pernah berpesan agar tidak
berlebih-lebihan dalam beribadah dan jangan pula melakukan tindakan yang
mengada-ada. Para pakar sebaiknya membahas masalah do’a ini menyangkut tempat,
alasan dan do’a yang setandar menurut tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar