Radio Republik
Indonesia -RRI- adalah satu-satunya stasiun radio di Indonesia yang
mengucapkan salam 'merdeka' setiap membuka siarannya. Diiringi Mars
Jakarta, penyiar menyapa pendengar dengan mengucapkan kata-kata
selamat pagi/siang/sore, selamat bertemu kembali dengan RRI Stasiun
setempat, menyebutkan hari/tanggal. Diakhiri kata-kata: selamat
mendengarkan, merdeka! Musik mengeras pada bagian yang sudah
ditentukan. Para penyiar dilatih untuk menyampaikan kata-kata yang
diperlukan, sehingga kata 'merdeka' diucapkan pada bagian musik yang
sama.
Salam 'merdeka'
dalam pembukaan siaran RRI itu menarik perhatian Siaran Bahasa
Inggeris Radio Nederland. Tahun 1982 mereka mengulas secara khusus
kata-kata pembukaan RRI itu lengkap dengan contoh yang direkam
langsung dari salah satu Stasiun RRI di Indonesia.
Sayang sekali, salam
'merdeka' itu lenyap dari udara ketika RRI tampil dengan siaran 24
jam pada 1984. Dengan siaran 24 jam berarti tidak ada lagi pembukaan
dan penutupan siaran. Tidak ada perintah resmi untuk meniadakan
pembukaan siaran dengan salam 'merdeka' itu. Oleh karena itu beberapa
Stasiun RRI Daerah yang punya dua programa, yang satu tidak 24 jam
sehingga masih ada pembukaan dan penutupan siaran.
Supaya pembukaan dan
penutupan siaran RRI yang khas sejak 11 September 1945 tetap
mengudara, sebetulnya bisa diakali dengan tidak menjadikan semua
programa 24 jam. Atau, bisa juga siaran terus menerus dengan memberi
jedah antara pukul 0400 sampai pukul 0500.
Dalam pada itu ada
baiknya siaran 24 jam dikaji ulang untuk menentukan stasiun-stasiun
mana saja yang memerlukan. Dengan adanya stasiun-stasiun RRI yang
tidak siaran 24 jam, membuka peluang untuk mengadakan lagi pembukaan
yang khas dengan salam 'merdeka'.
Adapun salam
'merdeka' sendiri telah ikut mewarnai perjuangan bangsa ini ketika
mempertahankan kemerdekaannya. Selain ketika berpidato, salam
'merdeka' juga diucapkan ketika dua orang bertemu . Dengan
mengepalkan tinju, salam 'merdeka' diucapkan. Dibalas dengan salam
yang sama. Ada juga yang membalasnya dengan ucapan 'tetap'. Dizaman
orba Presiden Suharto meminta masyarakat untuk membalas salam
'merdeka' dengan 'ampera'. Lama-lama salam 'ampera' itu hilang
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar