Semangat Berdikari
Didengungkan Lagi
Menjelang peringatan
HUT RI ke 70 seorang tokoh partai mendengungkan lagi semangat
berdikari yang dulu sering dianjurkan pemerintahan orla. Berdikari,
singkatan dari 'berdiri di atas kaki sendiri' adalah hasrat untuk
tidak tergantung kepada negara-negara lain. Indonesia negara yang
kaya dengan kandungan isi bumi dan laut yang melimpah. Tinggal
mengolah dan memanfaatkannya untuk sebesar-besar kesejahteraan
rakyat.Untuk mencapainya diperlukan kerja keras dan ketrampilan
anak-anak bangsa. SDM benar-benar harus unggul disemua bidang
kehidupan. Teknologi harus dikuasai, sehingga kita tidak perlu lagi
tergantung kepada SDM dari luar negeri.
Nah, sudahkah itu
semua tersedia?
Kenyataannya, kita
masih memerlukan para investor untukmendanai pelbagai kegiatan
pembangunan, khususnya infrastruktur. Untuk keperluan program bus
way, kita harus membeli bus dari negara lain. Begitu juga untuk
program kereta api super cepat, idem dito.Indonesia sudah mampu
membuat kapal, tapi bukan kapal selam. Dibidang kedirgantaraan,
pemerintahan orba sudah merintisnya dengan membuat pesawat terbang
bekerjasama dengan Cassa, Spanyol. Tinggal melanjutkan usaha yang
dirintis orba itu.
Di bidang militer?
Inilah yang menyedihkan. Kita masih memakai pesawat hercules buatan
tahun 60an. Di negara pembuatnya pesawat jenis tersebut sudah tidak
dipakai lagi. Sering terjadi kecelakaan disebabkan 'cuaca buruk' atau
'kelalaian awak pesawat'. Negara tetangga menganggap enteng kemampuan
Indonesia di bidang militer ini. Sering terjadi pelanggaran
perbatasan. Dan kita cuma 'protes keras' lewat saluran diplomatik.
Kalau di Rusia pesawat asing yang melakukan pelanggaran perbatasan,
langsung ditembak jatuh. Urusan belakangan.
Ternyata tidak mudah
mewujudkan hasrat untuk berdikari yang sudah didengungdengungkan
sejak zaman orla. Kemajuan tentu ada. Murid-murid SMK di Surakarta
sudah mampu membuat mobil buatan sendiri. Ramai menjadi perbincangan.
Bahkan Walikota Surakarta waktu itu, Jokowi, sudah memakai mobil
buatan anak-anak SMK sebagai mobil dinas. Sekarang, tidak tahu
nasibnya.
Yang penting
sekarang, melihat keadaan secara relistis dan mencari solusi yang
realistis pula. Dalam keadaan para petani gagal panen karena kemarau
panjang, sangat realistis mengimpor dari negara lain sebagai solusi
jangka pendek. Program jangka panjangnya, menyediakan air yang cukup
untuk para petani walaupun terjadi kemarau panjang. Ini memerlukan
kemampuan menguasai teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar