Koran Tempo terbitan 6 Pebruari 2016 mengungkap kiprah WNI
keturunan Tionghoa yang ternyata tidak hanya berdagang seperti yang banyak
terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Diantara mereka ternyata ada juga yang
menjadi pengabdi negara, seperti polisi, dan tentara. Bahkan sekarang ada yang
menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta ,
yaitu Gubernur Ahok. Dibidang-bidang non dagang ini, keberadaan WNI keturunan Tionghoa sebetulnya bukan barang baru.
Dizaman orla Indonesia
pernah punya pengacara terkemuka yaitu Yap Tian Hin. Sejak zaman orla pula WNI
keturunan Tionghoa ikut serta dalam kabinet.. Ingat Menkeu Oey Tjoe Tat semasa
pemerintahan Presiden Sukarno. Ada
pula nama-nama lain seperti Kwik Kian Gie dan Mari Pangestu yang muncul dalam
pemerintahan-pemerintahan zaman reformasi. Dibidang olahraga, Indonesia pernah muncul sebagai ‘pendekar’ bulutangkis yang tak terkalahkan lewat nama-nama Rudi
Hartono, Lim Swie King, Susi Susanti dan lain-lainnya lagi. Dan yang t idak
boleh dilupakan keberadan Liong Ho dan Kiet Sek dalam persepakbolaan di tanah
air. Bersama pesepakbola legendaris, Ramang, membawa nama Indonesia
menjulang di tengah-tengah persepakbolaan dunia.
Di bidang perjuangan mahasiswa ketika menurunkan rezim orla,
muncul aktivis-aktivis seperti So Hok Gie dan Liem Bian Kun. Sedangkan sekarang
ini WNI keturunan Tionghoa, banyak berkiprah di bidang kesehatan baik yang
menjadi sinshe maupun dokter.
Pertanyaannya, mengapa WNI keturunan Tionghoa tidak ada yang
mencogok di bidang kemiliteran dan kepolisian? Rasa-rasanya belum pernah ada
WNI keturunan Tionghoa yang menjadi Kapolda dan Pangdam. Apakah ada pembatasan
dalam pengembangan karier mereka? Bukan prasangka, hanya sekedar bertanya.
Dalam zaman reformasi sekarang ini, setiap penduduk harus
mendapat kesempatan yang sama untuk berkarya dan mengembangkan diri tanpa
hambatan apapun termasuk etnis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar