Cukup ramai menjadi perbincangan
masyarakat adanya gagasan menyelenggarakan debat capres/cawapres
nanti dalam bahasa Inggeris. Masyarakat pada umumnya menolak gagasan
tersebut karena tidak semua orang mengerti bahasa Inggeris. Presiden
Joko Widodo menilainya berlebih-lebihan karena kita punya bahasa
nasional.
Sebuah perdebatan diikuti masyarakat
pemilih untuk menilai mana yang lebih bagus program yang disampaikan
peserta debat. Mengingat para pemilih adalah orang Indonesia, apa
pula gunanya menggunakan bahasa asing. Bahasa Inggeris atau bahasa
asing lainnya baru digunakan dalam perdebatan di forum internasional
agar cepat dipahami para pengunjung yang datang dari pelbagai negara.
Yang punya gagasan untuk debat dalam
bahasa Inggeris itu tentulah sangat mahir berbahasa Inggeris, namun
kurang setia terhadap salah satu butir Sumpah Pemuda: Menjunjung
Tinggi Bahasa Persaatuan, Bahasa Indonesia.
Contohlah Bung Hatta yang menggunakan
bahasa Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar di Negeri Belanda
tahun 1949. Padahal ia mahir berbahasa Belanda. Contoh pula Pak Harto
yang menggunakan bahasa Indonesia dalam forum-forum internasional.
Kita tidak usah merasa rendah menggunakan bahasa nasional kita.
Sejumlah duta besar negara-negara sahabat seperti Inggeris dan Rusia
senang menggunakan bahasa Indonesia. Kita juga harus mencontoh
pemimpin-pemimpin sejumlah negara yang bangga mengunakan bahasa
nasional mereka di PBB, yaitu: Cina, Rusia, Arab, Jerman, Perancis
dan Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar