Debat cawapres diselenggarakan di Jakarta pada Minggu malam
29 Juni 2014,dipandu Wakil Rektor Universitas Gajah Mada, Wikorita Karnawati.
Thema yang diusung adalah ‘Pembangunan SDM dan IPTEK’. Sebagai tokoh-tokoh yang
sama-sama berpengalaman dipemerintahan, kedua cawapres lebih banyak menyoroti
upaya meningkatkan mutu kedua bidang tersebut. SDM dan IPTEK bukan barang baru,
sudah dikembangkan sejak zaman orba. Pertanyaan mendasar, mengapa hasilnya
belum memuaskan, sehingga masih tertinggal dibandingkan dengan Korea Selatan?
JK bicara tentang perlunya membenahi sistem pendidikan.Untuk
itu lembaga-lembaga yang sudah ada seperti BPPTdan universitas-universitas
harus menjadi ujung tombak. Untuk itu perl u usaha. JK juga menekankan perlunya
pendidikan budi pekerti di sekolah-sekolah untuk menghaslkan SDM yang tangguh.
Hatta bicara soal pendidikan dari segi pemerataannya.
Seluruh bangsa Indonesia harus menikmati pendidikan secara inklusif dan merata.
Dalam hubungan ini perlu diselenggarakan wajib belajar 12 tahun. Ketika ditanya
pemandu tentang cara mendapatkan dananya, Hatta menjawab akan menyediakan dana
10 trilyun rupiah dalam jangka 5 tahun ke depan.
Kedua cawapres sependapat perlunya pengembangan kemampuan
inovasi SDM untuk menghasilkan produk-produk bermutu. Dalam hal ini JK lebih mengutamakan inovasi berdasar gagasan-gagasan dalam
negeri, bukan nyontek dari luar negeri.
Tentang SDM Indonesia berkualitas yang banyak bekerja di
luar negeri, menurut JK ‘harus diperhatikan’. Sedangkan Hatta setuju-setuju
saja asal mengikuti model India. Di
negeri Shahruk Khan itu tenaga kerja sengaja dikirim ke luar negeri untuk
membuka lapangan pekerjaan di dalam negeri. Khusus TKW yang banyak menghadapi masalah di
Singapura, Malaysia dan Saudi Arabia, Hatta berpendapat perlu ‘moratorium’ atau
penundaan, sampai ada jaminan
keselamatan TKW.
Dalam sesi tanya jawab, cukup menarik ketika Hatta
menjelaskan soal kebocoran anggaran sebesar 1000 trilyun. Maksud Prabowo, bukan
kebocoran anggaran melainkan potensi kerugian negara akibat salah kelola. Cukup
menarik juga pertanyaan Hatta kepada JK, ‘revolusi mental’ sebuah gagasan asli
Jokowi. Menurut JK istilah itu bermakna
kerja cepat dan tidak menunda-nunda pekerjaan. Untuk bisa kerja cepat itu
memang perlu perubahan mental petugas/karyawan khususnya di bidang pelayanan
masyarakat. Pertanyaannya, langkah-langkah apa yang harus dilakukan unutk
terjadinya perubahan mental itu.