Sebuah kontes nyanyi
lagu-lagu dangdut diberi nama 'D Academy Asia' sedang diselenggarakan
oleh TV Indosiar di Jakarta diikuti para peserta dari Malaysia,
Singapura, Brunai Darussalam dan Indonesia. Upaya Indosiar melebarkan
sayap penyelenggaraan kontes lagu-lagu dangdut, patut diapresiasi.
Paling tidak lebih mengakrabkan ke empat negara peserta melalui
lagu-lagu dangdut. Jenis musik dangdut yang merupakan perpaduan unsur
India dan Melayu modern, kenyataannya sudah diterima oleh masyarakat
di tiga negara tetangga. Bahkan, walaupun bukan negeri Melayu, di
Jepang juga ada masyarakat penggemar dangdut.
Penjurian dilakukan
oleh 4 pakar berasal dari keempat negara peserta, langsung dari
tempat mereka masing-masing. Selain itu ada sejumlah komentator dari
keempat negara, langsung berhadapan dengan para peserta. Mereka
mengomentari para peserta dari berbagai segi mulai teknik menyanyi
sampai penguasaan panggung dan busana. Para komentator ini sebenarnya
membina para peserta dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk
diperbaiki pada babak-babak berikutnya.
Di lain pihak, para
juri juga menjelaskan alasan memberi angka tertentu dengan
menunjukkan kelebihan dan kekurangan para peserta. Jadi sebenarnya
komentator bisa ditiadakan, cukuplah untuk kontes di negara
masing-masing. Sebab tiap negara tentu sudah mengirimkan peserta
terbaik dari berbagai seginya. Lagi pula tiap negara, seperti
ditegaskan Hetty Kus Endang, punya ciri khas masing-masing. Beliau
benar. Lagu Patah Hati yang sama dikenal di Indonesia maupun negara
tetangga, berbeda cara menyanyikannya. Di Malaysia, syair yang
berbunyi “...sayang.” dilagukan lebih panjang “sayaaang...”
dan mendayu-dayu. Karena itu seorang yang menyanyikan sebuah lagu,
panjang pendeknya tidak harus sama dengan penyanyi aslinya. Ini perlu
kesepakatan para penggiat lagu-lagu dangdut. Dalam kontes pada
Selasa malam, terdapat perbedaan pendapat antara komentator Indonesia
dengan juri dari Malaysia. Sang komentator memuji peserta dari Brunai
Darussalam yang membawakan lagu 'persis' seperti orang Indonesia.
Sebaliknya juri dari Malaysia menyayangkannya.
Ke depan para
penggiat dangdut di 4 negara sebaiknya menyepakati daftar lagu yang
diperlombakan. Sesuai dengan asal muasal keberadaan dangdut, yaitu
lagu Melayu modern yang dipadu dengan irama India, maka lagu-lagu
Melayu asli dan India yang diubah syairnya, tidak dapat dimasukkan
dalam barisan lagu-lagu dangdut.