Baru merupakan dugaan
bahwa rasialisme masih ada di Amerika Serikat, sehubungan terjadinya bentrokan
antara polisi dengan penduduk kulit hitam di Ferguson, Missouri belum lama ini.
Bentrokan dipicu tertembaknya Michael Brown (18 th) oleh polisi kulit putih,
Darren Wilson, dengan menghunjamkan 6 butir peluru di tubuh pemuda kulit hitam
itu. AS tergoncang dan Presiden Obama menyebutnya sebagai tragedi. Polisi
beralasan, Brown ditembak karena ia melawan ketika polisi memintanya menyerahka
diri dalam perampokan di sebuah toko
klontong. Menurut polisi sebelum ditembak, Brown menghambur ke arah polisi yang
sedang mengepung dengan menggenggam pisau
sambil berteriak ‘bunuh saya sekarang’. Pertayaannya, apa polisi dalam keadaan
betul-betul terdesak, tidak ada pilihan lagi selain menembak. Inilah yang perlu
diselidiki untuk menentukan apa polisi
bertindak tanpa rasa
kebencian dan sudah sesuai prosedur.
Kalau dalam penyelidikan ditemukan bahwa polisi menembak
karena ada kesempatan dan tidak sesuai prosedur, barulah dapat dikatakan
semangat rasialisme telah mendorong tindakan polisi kulit putih tersebut.
Perlakuan tidak adil terhadap masyarakat kulit hitam, sudah
lama tidak terdengar terjadi di AS. Apalagi sejak Obama menjadi presiden kulit
hitam pertama AS sejak 6 tahun lalu, orang cenderung berpendapat, semangat
rasialisme di negeri Paman Syam itu sudah benar-benar terkubur. Boleh jadi juga
masih ada tindakan rasialis di tempat-tempat tertentu, namun tdak kentara. Di
Ferguson sendiri misalnya, dari 53
polisi hanya 3 orang berkulit hitam. Padahal, dua pertiga penduduknya berkulit
hitam. Banyak yang beranggapan, itu terjadi karena sistem penyaringan calon
anggota polisi tidak memungkinkan banyak kulit hitam dapat diterima. Walaupun
ada pula pendapat, dasar kulit hitamnya tidak berminat menjadi poisi.
Kerusuhan di Ferguson yang melibatkan penduduk kulit hitam
lawan polisi tidaklah separah saat terjadinya pembunuha tehadap Martin Luther King
pada 1968, namun tetap saja tamparan bagi pemerintah AS yang berkoar sebagai
pendekar demokrasi, pembela HAM. Menyelesaikan kerusuhan di Ferguson dengan
menindak tegas pihak bersalah, merupakan pekerjaan tambahan bagi Presiden Obama
yang direpotkan oleh pelbagai kekacauan
di luar negerinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar