Presiden AS, Barack Obama dan Ibu Negara pada Minggu, 20
Maret 2016 menginjakkan kakinya di Havana, Kuba. Ini merupakan kunjungan
bersejarah setelah 88 tahun, dilakukan seorang Presiden
AS , negara yang memperlakukan Kuba sebagai
musuh. Permusuhan itu diawali kejatuhan pemerintahan Kuba dukungan AS yang
digilas oleh revolusinya Fidel Castro pada 1959.. Tidak berhasil menekan Kuba
yang dilindungi oleh Uni Soviet, penguasa di Washington sejak 56 tahun lalu
memberlakukan embargo ekonomi terhadap negeri kecil yang letaknyaa hanya 150 km
dari pantai selatan AS.. Presiden Obama sudah meminta Kongres
AS mencabut embargo, tapi Kongres yang
dikuasai Partai Republik menolaknya. Kongres AS
malah menasehati Presiden Obama untuk meninjau kembali pembukaan hubungan
diplomatik dengan Kuba pada Agustus 2015.
Kebijakan Presiden Obama memulihkan hubungan dengan Kuba adalah
realistis, meninggalkan ego negara adidaya yang selalu merasa benar sendiri.
Kenyataannya, sekalipun dimusuhi selama puluhan tahun, Kuba tetap berdiri,
tidak hancur karena embargo ekonomi. Kuba juga tidak melakukan apa-apa secara
militer untuk mengganggu ketentraman rakyat AS. Memang pernah terjadi, semasa
pemerintahan JF Kennedy, ada ketegangan serius gara-gara Uni Soviet menempatkan
rudal balistik antar benua di Kuba. Tuntutan AS
untuk membongkar fasilitas rudal itu, disetujui oleh Uni Soviet. Tapi dengan
imbalan, fasilitas serupa milik AS di Siprus juga dibongkar.
Sekarang perang dingin sudah selesai, negara-negara adidaya
tidak perlu lagi saling gertak. Hubungan antar negara seharusnya didasarkan
kepada kepentingan kemanusiaan, menyelamatkan umat manusia dari kemiskinan,
kebodohan dan bencana alam. Sedangkan sistem sosial yang dianut, sosialisme,
kapitalisme, islamisme atau apapun juga namanya , merupakan hak dan pilihan
masing-masing negara.
Lembaran baru hubungan AS-Kuba akan berjalan mulus kalau AS
menghormati sistem sosial yang dianut Kuba. Masih banyak ganjalan dalam
memulihkan sepenuhnya hubungan AS-Kuba. Presiden Raul Castro meminta AS
mengembalikan kedaulatan Kuba di Guantanamo yang dijadikan AS sebagai penjara
militer.Sedangkan embargo ekonomi oleh AS dinilai presiden Kuba itu sebagai
‘halangan paling penting’.
Setelah Kuba, ditunggu kebesaran jiwa AS untuk membuka hubungan
diplomatik dengan ‘negara-negara musuh’lainnya seperti Venezuela ,
Iran dan Korea
Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar