Donald Trump dari Partai Republik dinyatakan menang
mengungguli Hillary Clinton dari Partai Demokrat, sehingga syah menggantikan
Presiden Barack Obama. Dalam masa-masa kampanye yang melelahkan banyak yang
menduga bahwa Clinton akan
memenangi pertarungan. Ia mengajukan argumentasi—argumentasi yang terukur,
sebaliknya Trump dinilai sering ngawur, menimbulkan kecaman di sana
sani. Misalnya ucapan Trump yang ingin melarang orang Islam datang ke AS,
menimbulkan reaksi yang keras di seluruh dunia.
Kenyataannya sekarang, Donald Trump adalah presiden AS
berikutnya. Apa ia akan melaksanakan semua janji-janji kampanyenya? Mungkin ya,
mungkin juga tidak. Semuanya tergantung pada situasi nyata di lapangan.
Apa sebagai negara adikuasa, AS akan membiarkan Rusia
sendirian heboh mengurusi berbagai sengketa regional? Apa
AS akan membiarkan Philipina sendirian
menghadapi RRT yang semakin memperlihatkan ambisinya untuk menguasai perairan
Laut Cina Selatan? Apa juga AS akan menarik bantuannya kepada kaum pemberontak dan membiarkan Rusia terus membantu pemerintah
Suriah?
Tidak mungkinlah AS akan mencapai tujuan semboyan itu tanpa
memperlihatkan kehebatannya kepada dunia.
Bagaimana pun, bagi Indonesia
tidak ada masalah siapapun yang menjadi orang nomor 1 AS. Dengan politik bebas
aktifnya, Indonesia
tetap menjalin hubungan baik , melanjutkan dan mengembangkan kerjasama yang
ada, selama AS tidak mendikte dan menginjak-nginjak kedaulatan RI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar