Joni Kala, murid kelas 1 sebuah SMP di
Belu, Nusa Tenggara Timur, yang memanjat tiang bendera pada upacara
bendera di sekolahnya 17 Agustus lalu, telah bertemu Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Negara Senin 20
Agustus 2018. Joni Kala menjadi terkenal karena bernisiatif memanjat
tiang bendera untuk membetulkan tali yang macet. Tindakan pelajar
yang spontan itu mendapat penghargaan dari pemerintah yang menilainya
berani, tanpa pamrih. Menpora menilainya contoh 'tindakan heroik
zaman now'.
Suatu tindakan heroik terjadi didorong
oleh keinginan untuk menyelamatkan sesuatu yang berhubugan dengan
kehidupan bangsa dan negara. Keinginan menyelamatkan bangsa dan
negara itu tentu pula disebabkan rasa cinta terhadap bangsa dan
negara, sehingga rela mengorbankan jiwa dan raga. Walter Monginsidi
memilih diterjang peluru tentara NICA ketimbang bersekolah di Negeri
Belanda. Jos Sudarso memilih melawan kapal perang Belanda yang
ukurannya tidak seimbang demi menegakkan kedaulatan RI di Irian Barat
(waktu itu). Perintah terakhir Laksamana Jos Sudarso kepada anak
buahnya adalah “Kobarkan semangat pertempuran!”
Heroisme harus senantiasa dipelihara
karena menyangkut kepentingan bangsa yang lebih besar. Intinya
adalah mendahulukan keselamatan bangsa dan negara apapun juga
resikonya.
Tindakan Joni Kala sepintas sederhana,
namun mengandung makna yang sangat besar. Ia sama sekali tidak
memikirkan keselamatan dirinya . Bisa saja tiang bendera yang kecil
itu patah ketika berada di puncak dan Joni Kala akan dibawa ke rumah
sakit.
Joni Kala mendapat imbalan tidak
terduga berupa sebuah sepeda dan rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar