Zikir dan do'a untuk bangsa, kedua
kalinya diselenggarakan di halaman Istana Merdeka pada Rabu, 1
Agustus lalu. Kegiatan yang menjadi bagian dari penyelenggaraan HUT
RI itu, merupakan gagasan Presiden Jokowi. Zikir dan do'a yang
dikumandangkan oleh para santri itu, memberi warna tersendiri
kegiatan Islam di Indonesia. Tidak ada negara-negara berpenduduk
mayoritas Islam, selain Indonesia, yang menyelenggarakan kegiatan
tersebut. Bahkan Saudi Arabia, sebagai tempat lahirnya Islam tidak
menyelenggarakan zikir dan do'a di halaman Istana Raja.
Istana biasanya diidentikkan dengan
pusat kekuasaan yang menjadikan politik sebagai panglima. Boleh jadi
Presiden Jokowi ingin menunjukkan bahwa Istana bukan semata pusat
kekuasaan negara, melainkan juga kegiatan keagamaan yang ada
kaitannya dengan kepentingan bangsa.
Yang masih menjadi pertanyaan, apa
berzikir dan berdo'a di halaman Istana itu punya keutamaan semisal
melakukannya di tempat-tempat tertentu seperti Masjidil Haram dan
Masjid Nabawi. Kalau alasannya untuk menampung jumlah peserta zikir
yang banyak, apa Mesjid Istiqlal kurang bisa menampung. Bahkan zikir
dan do'a dapat dilakukan serentak di seluruh Indonesia dengan meminta
semua mesjid menyelenggarakannya.
Ini sekedar bertanya, tidak ada maksud
apa-apa.
Yang masih belum jelas pula adalah apa
para ulama dari Muhammadiyah hadir dalam kegiatan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar