Selama zaman orba film G 30 S/PKI diputar oleh TVRI pada
tiap tanggal 30 September. Dengan melihat film itu rakyat diingatkan tentang
kekejaman PKI dalam usaha mereka merebut kekuasaan negara. Sejak zaman
reformasi, film tersebut tidak diputar lagi tanpa penjelasan. Desas desus berkembang di kalangan rakyat, bahwa
peristiwa G 30 S/PKI adalah rekayasa rezim orba. Pertanyaannya, kalau bukan PKI
yang menjadi dalang, lantas siapa? Pertanyaan tersebut tidak terjawab sampai
sekarang. Ketua PKI, DN Aidit, memang menyatakan kepada Presiden Sukarno
melalui sepucuk surat bahwa partainya tidak terlibat. DN Aidit sendiri tewas
dalam pengejaran TNI di Jawa Tengah. Selain membubarkan PKI rezim orba
menangkap dan memenjarakan/mengasingkan tokoh-tokoh PKI tanpa proses
pengadilan.
Waktu terus berlalu. Anak-anak keluarga PKI tumbuh dan
berkembang. Mereka tumbuh diiringi perasan dendam atas perlakuan terhadap oang
tua/keluarga mereka yang dikucilkan dari masyarakat. Sementara itu diantara generasi
baru keluarga PKI ada yang menjadi politikus, menjadi anggota salah satu partai
yang berada dalam pemerintahan mendatang.
Akankah PKI bangkit lagi? Seorang ustadz dalam khotbah
Jum’at, 26 September lalu di Mesjid ITC,
Depok Baru menyatakan,memang PKI sedang bangkit. Mereka terang-terangan
menyelenggarakan kongres dua tahun berturut-turut di dua kota berbeda di Jawa
Barat. Ustadz itu mengaku orang yang berwenang dalam melacak perkembangan
organisasi terlarang di Indonesia. Ia juga menantang aparat keamanan untuk
berdialog jika ada keberatan atas apa yang diucapkannya. Menariknya lagi, ia
menyediakan buku yang berisi fakta-fakta kebangkitan PKI.
Jika sinyalemen ustadz itu benar, seyogyayalah waspada atas
bangkitnya kembali PKI. Dalam memelihara kewaspadaan itu, rakyat perlu
dingatkan akan bahaya komunisme seperti digambarkan dalam film G 30 S/PKI. Sebaiknya diputar saja lagi tiap tanggal 30
September. Tanpa memutar film itu, rakyat lama-lama lupa kekejaman PKI. Selain
itu memberi angin kepada kelarga PKI untuk merasa tidak bersalah, jadi berhak
untuk hidup kembali. Sebaliknya pula, kalau memang PKI tidak terlibat dalam
peristiwa penculikan dan pembunuhan 6 jenderal tambah 1 perwira pertama, harus
dinyatakan secara terbuka. Bagaimana pun sejarah harus diluruskan.