Postur Kabinet 2014-2019
Presiden terpilih Jokowi telah mengumumkan postur kabinet yang akan
dipimpinnya nanti, terdiri atas 34 kementerian. Jumlah tersebut tergolong
‘gemuk’ dibandingkan dengan pemerintahan Megawati Sukarno Putri yang memimpin kabinet beranggotakan 30
menteri. Memang ada pembaharuan yaitu munculnya 6 kementerian gabungan, 6
kementerian berubah nama dan 3 kementerian baru. Jadi, kabinet Jokowi-JK masih
belum ramping dan ideal. Menurut Lembaga Administrasi Negara, kabinet yang
ideal terdiri atas 25 kementerian/lembaga.
Menarik, keberadaan 18 menteri yang profesional murni dan 16
menteri profesional partai. Yang
dimaksud ‘profesional’ tentulah menteri
yang memimpin sebuah kementerian punya latar belakang pendidikan atau
pengalaman kerja sesuai dengan bidang tugasnya. Tidak tepat kalau menteri keuangan adalah seorang sarjana hukum dan
berprofesi sebagai pengacara. Itulah
sebabnya sejak zaman orla, bidang-bidang
tugas tertentu seperti ekonomi,
hukum dan agama dipimpin oleh tokoh-tokoh yang dinilai mengerti betul bidang
tugasnya berdasarkan rekam jejak mereka. Di
luar bidang-bidang khusus itu, kementerian dapat dipimpin oleh
politikus yang tidak punya latar belakang pendidikan atau pengalaman
yang sesuai. Contohnya, menteri pertahanan pernah dijabat oleh Mohammad Hatta
dan Matori Abdul Jalil. Mereka bukan
dari kalangan TNI. Terjadi juga pengecualian, disesuaikan kepentingan pada masa
itu. Misalnya, menteri agama pernah dijabat Letjen {TNI} Alamsyah Ratu Perwira
Negara yang non kiyai. Yang terbaru, menko perekonomian pemerintahan SBY
dijabat oleh Hatta Rajasa yang insinyur.
Pada hakekatnya, menteri
seperti halnya presiden adalah
jabatan politik, bisa dijabat siapa saja tanpa melihat latar belakang
pendidikan dan pengalaman. Ketika Sutan Syahrir meminta Maria Ulfah Santoso
menjadi menteri sosial pada Oktober 1945, yang bersangkutan mengelak dengan
mengatakan, “Saya tidak berpengalaman dalam urusan sosial.” Sutan Syahrir
sambil senyum berkomentar, “Saya juga tidak berpengalaman sebagai perdana
menteri.”
Mengingat menteri adalah jabatan politik, harus diperoleh
melalui perjuangan politik. Itulah sebabnya di negara-negara yang sistem
demokrasinya dinilai sudah mantap seperti
AS, Eropa, India dan Jepang, semua menteri adalah dari kalangan partai
politik. Kenyataan dalam kabinet Jokowi-JK nanti terdapat 18 menteri profesional murni (bukan dari partai politik)
merupakan khas Indonesia. Delapan belas orang tersebut tentu saja bagai
mendapat durian runtuh . Orang Betawi
bilang, “Enak beneer…”
”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar