Tindakan Wagub DKI Ahok mundur dari Partai Gerindra karena tidak setuju partai tersebut mendukung
RUU Pilkada yang mengembalikan pemilihan kepala daerah kepada DPRD. Tidak ada
masalah sebenarnya, karena tidak setuju dan mundur dari partai adalah hak seorang anggota.
Masalahnya, tindakan mundur itu disertai ucapan-ucapan yang menyinggung .
Menurut Ahok, pemilihan kepala daerah oleh DPRD akan menjadikan lembaga
perwakilan rakyat itu sebagai ‘calo’. Sebaliknya yang menjadi kepala daerah,
menjadi ‘sapi perah’ DPRD. Ahok juga menyatakan tidak mau menjadi ‘budak’ DPRD.
Dua anggota DPRD DKI masing-masing Haji Lulung (P3) dan M.Taufik (Partai
Gerindra) pun bereaksi. Huji Lulung ingin membunuh karier Ahok dengan cara
merencanakan penggunaan ‘hak interpelasi’ oleh DPRD DKI. Sedangkan M.Taufik
merencanakan untuk melaporkan Ahok ke polisi atas tuduhan pencemaran nama baik.
Keadaan ini membuat
hubungan Wagub Ahok dengan DPRD DKI menjadi terganggu. Pelbagai kemungkinan
buruk dapat terjadi misalnya DPRD tidak mendukung program-program Pemda DKI.
Betapa pun eloknya program-program yang direncanakan, DPRD bisa
saja’mengganjalnya’ gara-gara tidak simpati kepada sang gubernur. Selain itu Ahok
menjadi kepala daerah yang tidak didukung oleh partai politik. Kalau partai
politik yang menjadi motor koalsi merah putih tidakmendukung lagi keberadaan
Ahok, maka atas dasar semangat kesetiakawanan, mustahil pula koalisi merah
putih akan mendukung program-progam Ahok. Taroklah PDIP dan partai-partai yang
bekerjasama mendukung Ahok, jumlah suaranya masih di bawah 50%. Hubungan baik antara kepala daerah dengan
DPRD diperlukan agar semua program pemda dapat berjalan mulus. Artnya, bukan
saja mempertahankan hubungan baik dengan partai-partai pendukung melainkan juga
berusaha mencari simpati partai-partai penyeimbang.
Sebetulnya Ahok tidak perlu mundur dari Parai Gerindra dan
mengucapkan kata-kata yang meyinggung DPRD DKI. Kedudukannya sudah aman sebagai
wagub dan sedang menanti pelantikan
sebagai Gubernur. Dengan mundur dari Parai Gerindra ia sudah tidak punya
kenderaan politik lagi.Lagi pula mundurnya Ahok tida punya pengaruh terhadap
Partai Gerindra. Untuk apa melakukan tindakan yang tidak punya pengaruh apa-apa. Toh sikap
Partai Gerindra tidak berubah dalam medukung RUU Pilkada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar