KTT negara-negara Organisasi Kerjasama Islam –OKI- tanggal
13 Desember 2017 di Istambul, Turki, menyepakati 23 butir pernyataan yang
isinya menyatakan menentang keputusan Presiden AS Trump mengakui Yerusalem
sebagai Ibukota Israel dan merencanakan pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke
Yerusalem. Butir (1) pernyataan OKI itu, menolak keputusan unilateral dan
illegal Presiden AS
yang mendeklerasikan Yerusalem ibukota bagi Israel .
Tindakan Presiden Trump itu dinilai sengaja melemahkan semua upaya untuk
mencapai perdamaian dan mendukung kepentingan ekstrimisme dan terorisme selain
mengancam perdamaian dan stabilitas internasional. Butir (2) menegaskan kembali
dukungan terhadap rakyat Palestina untuk mencapai hak-hak mereka secara permanen
termasuk hak menentukan nasib sendiri dan mewujudkan negara Palestina merdeka
dan berdaulat di perbatasan 4 Juni 1967. Masih dalam butir (2), OKI berkomitmen
untuk membendung segala bentuk serangan terhadap kota
suci Yerusalem dan kota-kota lainnya. Yang penting juga untuk dicatat adalah
butir (8) yang menyatakan Yerusalem Timur sebagai Ibukota Palestina dan meminta
negara-negara internasional mengakui kedaulatan Palestina dan Yerusalem Timur
ibukotanya. Pernyataan bernada ancaman terdapat dalam butir (9) bahwa OKI akan
mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengakhiri pelanggaran Israel
dan pihak manapun yang mendukung penjajahan terhadap Palestina serta kebijakan
kolonial dan rasis. Selanjutnya OKI mengutuk sikap keberpihakan Kongres
AS yang tidak dapat dibenarkan serta
kebijakan dan praktek AS yang mendukung kolonialisme dan rasisme Israel .
Hasil-hasil KTT OKI 13 Desember 2017 di Istambul cukup keras
dialamatkan kepada AS dan Israel .
Namun tetap saja terkendala, mengingat Israel
tidak mempan diresolusi dan AS sudah terlanjur menyepelekan negara-negara lain
yang berseberangan dengannya. Satu-satunya cara yang belum dicoba adalah
menekan Irael secara militer. Kesombongan Israel
terjadi setelah mengalahkan tiga negara Arab: Mesir, Suriah dan Yordania dalam
perang tahun 1967. Logikanya, karena Israel
menduduki wilayah-wilayah Palestina melalui perang, maka wilayah-wilayah itu
harus diambil kembali dengan cara perang pula. Apa ada negara-negara Arab yang
berani?