Jumat, 04 April 2014

Crimea Bergabung Kembali Dengan Rusia




Crimea, kawasan di Semenanjung Laut Hitam kembali bergabung dengan Rusia sebagai hasil referendum 16 Maret 2014. Referendum itu digugat Amerika Serikat dan Uni Eropa sebagai campur tangan Rusia dalam urusan dalam negeri Ukraina. Pemerintah Ukraina sendiri tidak dilibatkan dalam proses referendum, begitu juga dunia internasional seperti di Timor Timur tahun 1999. Pelaksanaan referendum  memang terasa di bawah tekanan Rusia sehubungan kehadiran ribuan tentara  dari negeri beruang merah itu.
Keinginan rakyat Crimea yang sebagian besar dari etnis Rusia bergabung kembali dengan Moskow merupakan kelanjutan krisis politik Ukraina beberapa bulan terakhir ini. Presiden Yanokovich yang pro Moskow dipecat parlemen karena tidak mau menandatangani  kesepakatan kerjasama dengan Uni  Eropa. Keadaan ini mendorong rakyat Crimea menuntut kembali menjadi  bagian Rusia, setelah terpisah sejak 1954 atas kebjaksanaan politik PM Sovyet  Kruschev.
Diakui atau tidak oleh dunia internasional, secara defacto Crimea berada di bawah kekuasaan Rusia. Ukraina tidak berusaha mengusir pasukan Rusia dari Crimea karena kekuatan militer yang tidak berimbang. Sedangkan Amerika Serikat dan Uni Eropa tidak mau terlibat langsung bertempur melawan Rusia. Yang dapat dilakukan negara-negara barat hanyalah menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia.  Ini  sudah dilakukan dengan mengeluarkan Rusia dari kelompok negara-negara industri maju G8. Rusia jelas akan menderita kerugian akibat sanksi ekonomi negara-negara barat. Di lain pihak, Uni Eropa juga kerepotan karena selama ini  tergantung  pada pasokan gas alam Rusia.  Kalau sama-sama rugi, apakah nantinya sanksi ekonomi terhadap Rusia akan dapat berlangsung lama. Sedangkan Crimea toh tidak akan dilepaskan Rusia.Ada baiknya Uni Eropa membujuk Ukraina untuk melihat keadaan secara realistis dan menerima keadaan.
Dampak dari perkembangan politik di Crimea akan mendorong negara-negara berkembang yang mendapat tekanan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya meminta bantuan Rusia. Sekarang saja negara-negara barat tidak berani melakukan tindakan militer di Suriah karena Rusia bersama Cina tidak sepakat.Keadaan ini pula yang diyakini orang sebagai mulainya perang dingin jilid 2.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar