Rabu, 19 September 2018

Polemik Putusan MA Tentang Caleg Mantan Napi




Putusan MA yang membatalkan Peraturan KPU yang melarang mantan napi menjadi caleg dan calon DPD menimbulkan polemik dalam masyarakat. Ada yang berpendapat, mantan napi itu sudah menjalani hukumannya, jadi punya hak untuk menjadi caleg. Yang menentang berpendapat, bagaimanapun mantan napi adalah orang berkelakuan buruk, tidak pantas menjadi wakil rakyat.
Sehubungan putusan MA itu, sebagian partai masih mencalonkan sejumlah mantan napi menjadi caleg dan sebagian lagi tidak lagi mencalonkannya.
Masalahnya sekarang tinggal masyarakat pemilih. Kalau tidak mau memilih mantan napi, harus diketahui siapa-siapa saja dan partai apa yang mendukug mereka. Harus ada sosialisasi. Dalam hal ini cukup bijak jika KPU memberi tanda pada foto para caleg mantan napi.
Melihat reaksi yang timbul dalam masyarakat, besar kemungkinan masyarakat pemilih tidak akan memilih caleg mantan napi. Ini berarti partai yang mendukungnya akan kehilangan banyak suara.

Senin, 17 September 2018

Gagasan Debat Capres.Cawapres Dalam Bahasa Inggeris




Cukup ramai menjadi perbincangan masyarakat adanya gagasan menyelenggarakan debat capres/cawapres nanti dalam bahasa Inggeris. Masyarakat pada umumnya menolak gagasan tersebut karena tidak semua orang mengerti bahasa Inggeris. Presiden Joko Widodo menilainya berlebih-lebihan karena kita punya bahasa nasional.
Sebuah perdebatan diikuti masyarakat pemilih untuk menilai mana yang lebih bagus program yang disampaikan peserta debat. Mengingat para pemilih adalah orang Indonesia, apa pula gunanya menggunakan bahasa asing. Bahasa Inggeris atau bahasa asing lainnya baru digunakan dalam perdebatan di forum internasional agar cepat dipahami para pengunjung yang datang dari pelbagai negara.
Yang punya gagasan untuk debat dalam bahasa Inggeris itu tentulah sangat mahir berbahasa Inggeris, namun kurang setia terhadap salah satu butir Sumpah Pemuda: Menjunjung Tinggi Bahasa Persaatuan, Bahasa Indonesia.
Contohlah Bung Hatta yang menggunakan bahasa Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar di Negeri Belanda tahun 1949. Padahal ia mahir berbahasa Belanda. Contoh pula Pak Harto yang menggunakan bahasa Indonesia dalam forum-forum internasional. Kita tidak usah merasa rendah menggunakan bahasa nasional kita. Sejumlah duta besar negara-negara sahabat seperti Inggeris dan Rusia senang menggunakan bahasa Indonesia. Kita juga harus mencontoh pemimpin-pemimpin sejumlah negara yang bangga mengunakan bahasa nasional mereka di PBB, yaitu: Cina, Rusia, Arab, Jerman, Perancis dan Jepang.

Partai Demokrat Akan Menuntut Asia Sentinel



Partai Demokrat akan menuntut media asing Asia Sentinel yang menyebarkan berita bahwa SBY terlibat dalam kasus Bank Century. Berita itu bohong dan fitnah” kata Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan..Ia mengatakan kasus Bank Century sudah melalui pelbagai tahap, mulai audit BPK, pansus DPR dan penyidikan KPK. Hasil kerja semua lembaga itu tidak ada yang menyebut nama SBY sebagai yang menerima aliran dana talangan Bank Century.
Langkah yang akan dilakukan Partai Demokrat sudah tepat agar media apalagi media asing tidak mudah melancarkan tuduhan terhadap pemimpin Indonesia. Selain itu masyarakat jangan pula mudah terpancing, seolah-olah apa saja yang ditulis media asing benar adanya. Masalah Bank Century sudah menjadi kewenangan penegak hukum. Serahkan kepada penegak hukum.Jika memang ditemukan fakta-fakta baru, tentu para penegak hukum akan bertindak sesuai UU. Pemberitaan Asia Sentinel itu merupakan tantangan bagi para penegak hukum untuk berkerja lebih bersungguh-sungguh dan profesional dalam mengungkap hal-hal yang meragukan dalam penggelontoran dana talangan untuk Bank Century

Sabtu, 15 September 2018

Partai Nasdem Tuntut Rizal Ramli




 Partai Nasdem merencanakan menuntut mantan Menteri Keuangan Rizal Ramli, sehubungan dengan pernyataannya yang dinilai fitnah terhadap Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh. Sampai Sabtu, 15 September 2018, belum ada kabar jadi tidaknya jalur hukum itu dilaksanakan.
Rencana  Partai Nasdem itu karena pernyataan Rizal Ramli pada 9 September bahwa Surya Paloh ambil bagian dalam kegiatan import pangan. Pernyataan tersebut menyinggung perasaan warga Partai Nasdem. Ditegaskan, Surya Paloh tidak pernah mencampuri urusan pemerintah. Karena itu Partai Nasdem menuntut Rizal Ramli untuk meminta maaf dan menarik ucapannya yang dinilai fitnah itu.
Reaksi Rizal Rmli melalui cuitannya mengatakan Partai Nasdem baper dan tuntutan salah alamat. Ia menyatakan bahwa pemerintah melakukan import secara berlebihan. Sama sekali tidak menyinggung Partai Nasdem, begitu juga Surya Paloh.
Nah, mana yang benar? Bagaimanapun harus ada klarifikasi agar masyarakat tidak bingung. Masing-masing pihak harus dapat membuktikan kebenarannya. Jangan biarkan mengambang.
Kedepan diharapkan para pejabat publik dan tokoh masyarakat berhati-hati dengan ucapan mereka, jangan asal tuduh.
Sekarang saatnya semua pihak berupaya mencarikan solusi dari pelbagai masalah yang diahadapi negara dan bangsa ini. Jangan cuma menyalah-nyalahkan pemerintah. Kalau ada kritik, lakukan dengan cara yang baik dan bermartabat. Jangan asbun dan sotoi.

Selasa, 04 September 2018

Yang Mengharumkan Nama RRI 1966-2001




Menjelang HUT RRI pada 11 September ada baiknya mengenang orang-orang yang telah bekerja keras dan mengharumkan nama RRI 1966-2001 baik secara kelembagaan maupun pribadi. Diantaranya adalah sebagai berikut.
  1. Soedjarwo. Reporter. Generasi penerus setelah Reporter Darmo Sugondo. Ia sangat piawai dalam mengungkap latar belakang peristiwa. Hapal tahap-tahap perjuangan bangsa Indonesia sampai hapal TAP-TAP MPR. Praktis, selain reporter ia juga menjadi jubir pemerintah. Ia pula yang menggagas peningkatan status Pemeberitaan RRI menjadi UPT dengan eselon sejajar dengan Stasiun RRI Nasional. Sayang Soedjarwo keburu pensiun dalam usia 56 tahun, sebelum gagasannya itu menjadi kenyataan. Disayangkan pula karena tidak ada yang mempromosikannya ke eselon lebih tinggi, padahal ia seorang brilian dan pemikir dalam organisasi radio.
  2. Abdul Muthallib. Reporter. Terkenal ketika melaporkan Mahmilub tahun 1967, khususnya ketika mantan Menteri Luar Negeri Subandrio menjadi terdakwa. Sayang hasrat Abdul Muthallib untuk menduduki posisi Kepala RRI Palembang tidak tercapai karena petinggi Deppen keliru menanggapi rekomendasi dari Gubernur Sumatera Selatan, Asnawi Mangku Alam.
  3. M. Sani dan Purboyo. Pasangan reporter yang pernah berkiprah di BBC London ini melaporkan pendaratan manusia pertama di bulan pada 1969. Mereka menyampaikan laporan di studio RRI Jl. Merdeka Barat Jakarta, ribuan kilometer jauhnya dari Tanjung Kennedy, tempat pesawat antariksa Apollo diluncurkan. Para pendengar menyangka kedua reporter berada di tempat peluncuran.
    M. Sani pula yang menggagas Pekan tilawatil Qur'an RRI bulan puasa 1969. Ia kecewa karena Musabaqah Tilawatil Qur'an yang semula disepakati diselenggarakan tiap bulan puasa, tahun 1969 disesuaikan dengan penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur'an Internasional di Kuala Lumpur, Malaysia. TVRI ikut bergabung menyiarkan Pekan Tilawatir Qur`an sejak M. Sani menjadi Kepala TVRI Jakarta tahun 1970.
  4. Wiratmo Sukito. Komentator, paling lama membuat komentar internasional untuk RRI sejak usia 28 tahun sampai 72 tahun. Analisa-analisanya sangat tajam. Misalnya ketika Gorbachov tampil dengan politik Troiska dan Glasnos, ia meramalkan bahwa Uni Soviet akan bubar. Dulunya seorang karyawan RRI sampai pada posisi kepala bidang, kemudian berhenti dan menjadi budayawan. Tulisan-tulisannya dimuat juga di koran-koran Pelita dan Merdeka.
  5. Djamalul Abidin Ass, Sori Siregar dan Darius Umari masing-masing sebagai penulis naskah, penyiar dan reporter. Mereka tercatat sebagai sastrawan Indonesia versi Majalah Sastera. Sori Siregar masih dapat dibaca cerpennya di koran Kompas.
  6. Asep Sujana. Penyiar. Masuk Golkar dan menjadi anggota DPR RI.

Itulah sejumlah nama yang mengharumkan nama RRI ditengah-tengah kesulitan yang ada. Tentu saja ini yang sempat membekas dalam ingatan penulis. Jika ada yang punya catatan lain silahkan menulis.

Senin, 03 September 2018

Lagak Dan Gaya Para Ustadz/Ustadzah Di TV




Siaran Agama Islam di satsiun-stasiun TV yang dikenal sebagai 'Kuliah Subuh' kini semakin marak. Hampir semua TV menyiarkannya dengan menampilkan pelbagai thema dengan ustadz/ustadzah yang beragam.
Untuk menarik perhatian hadirin dan pemirsa para ustadz dan ustadzah itu tampil dengan berbagai lagak dan gaya, seperti: menyanyi, berpantun dan menyelipkan kata-kata Inggeris di sana sini. Selama maksudnya untuk menciptakan suasana segar, ya syah-syah saja. Yang repot adalah penggunaan kata-kata Inggeris yang sebetulnya tidak perlu karena masih ada kata indonesianya. Lagi pula kata-kata Inggeris tidak dipahami semua pemirsa. Ada juga penggunaan kata Inggeris yang tidak tepat.Misalnya kalimat berbunyi, “Kita harus building trust di dalam rumah tangga.” Yang dimaksud 'building trust' adalah 'membangun kepercayaan'. Tapi seorang ibu rumah tangga ketika ditanya apa mengerti kalimat tersebut, hanya menjawab dengan gelengan kepala.
Suatu komunikasi harus menggunakan kata-kata yang mudah dipahami jamaah, bukan membuat bingung karena tidak mengerti.
Ada pula ustadz yang tiap sebentar meminta jamaah mengucapkan amin. “Amin dong,” kata sang ustadz. Padahal ia tidak sedang berdoa.. Suatu komunikasi yang baik harusnya mendapat umpan balik yang spontan dari jamaah. Serahkan kepada jamaah apa yang akan diucapkannya sebagai reaksi atas ceramah sang ustadz/ustadzah.Bisa saja reaksi mereka dalam bentuk kata: amin, insyaallah, subhanallah dan sebagainya.
Kita ingin mengingatkan, dakwah atau ceramah agama Islam yang baik adalah seperti yang disampaikan Nabi Muhammad SAW. Hanya saja tidak ada penjelasan mengenai metode yang beliau gunakan. Boleh jadi seperti yang disampaikan Syekh Ali Bajeber dan kawan-kawannya dari Saudi Arabia.

Sabtu, 01 September 2018

Prabowo Tentang Mak-mak Yng Diusir Di Negaranya Sendiri




Capres Prabowo dalam sebuah kegiatan mahasiswa menyinggung tentang 'mak-mak yang diusir dari sebuah kota di negaranya sendiri'. Lantas ia bertanya kepada hadirin, “apa negara seperti ini yang kita inginkan?” Dijawab oleh hadirin, “tidak!”
Tidak jelas siapa yang dimaksud Prabowo 'mak-mak'. Kita hanya menduga, 'mak-mak' itu adalah Neno Warisman yang gagal mendeklerasikan 'Ganti Presiden tahun 2019' di Batam.
Tidak jelas drama tertahannya Neno di Bandara Hang Nadim, Batam gara-gara sekelompok demo yang menolak kehadirannya. Yang diketahui orang hanyalah Neno kembali ke Jakarta naik pesawat malam hari. Di atas pesawat ia sempat membuat heboh dengan memakai PA menjelaskan sesuatu kepada penumpang. Tidak jelas pula apa yang diucapkannya lewat PA itu.
Pertanyaannya, kepulangan Neno ke Jakarta apa atas keinginan sendiri karena tidak mampu menembus para pendemo, atau diusir oleh para petugas keamanan. Kalau diusir petugas keamanan tentu suatu kesalahan.Neno berhak menuntut petugas keamanan atas tuduhan menghilangkan hak warganegara memasuki wilayah negaranya sendiri.
Masalah ini harus dibuat jelas dan 'terang benderang' agar tidak timbul salah sangka, seolah-olah penguasa telah berbuat sewenang-wenang. Pihak keamanan bandara Hang Nadim Batam perlu menjelaskan kronologi drama tertahannya Neno Warisman sampai ia terbang kembali ke Jakarta. Kita tidak menginginkan terjadinya kesewenang-wenangan sekecil apapun baik oleh pemerintah sekarang maupun yang akan datang.