Minggu, 07 Februari 2016

Kiprah WNI Keturunan Tionghoa






Koran Tempo terbitan 6 Pebruari 2016 mengungkap kiprah WNI keturunan Tionghoa yang ternyata tidak hanya berdagang seperti yang banyak terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Diantara mereka ternyata ada juga yang menjadi pengabdi negara, seperti polisi, dan tentara. Bahkan sekarang ada yang menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta, yaitu Gubernur Ahok.  Dibidang-bidang non dagang ini, keberadaan WNI keturunan Tionghoa sebetulnya bukan barang baru. Dizaman orla Indonesia pernah punya pengacara terkemuka yaitu Yap Tian Hin. Sejak zaman orla pula WNI keturunan Tionghoa ikut serta dalam kabinet.. Ingat Menkeu Oey Tjoe Tat semasa pemerintahan Presiden Sukarno. Ada pula nama-nama lain seperti Kwik Kian Gie dan Mari Pangestu yang muncul dalam pemerintahan-pemerintahan zaman reformasi. Dibidang olahraga, Indonesia pernah muncul sebagai ‘pendekar’ bulutangkis yang tak terkalahkan lewat nama-nama Rudi Hartono, Lim Swie King, Susi Susanti dan lain-lainnya lagi. Dan yang t idak boleh dilupakan keberadan Liong Ho dan Kiet Sek dalam persepakbolaan di tanah air. Bersama pesepakbola legendaris, Ramang, membawa nama Indonesia menjulang di tengah-tengah persepakbolaan dunia.
Di bidang perjuangan mahasiswa ketika menurunkan rezim orla, muncul aktivis-aktivis seperti So Hok Gie dan Liem Bian Kun. Sedangkan sekarang ini WNI keturunan Tionghoa, banyak berkiprah di bidang kesehatan baik yang menjadi sinshe maupun dokter.
Pertanyaannya, mengapa WNI keturunan Tionghoa tidak ada yang mencogok di bidang kemiliteran dan kepolisian? Rasa-rasanya belum pernah ada WNI keturunan Tionghoa yang menjadi Kapolda dan Pangdam. Apakah ada pembatasan dalam pengembangan karier mereka? Bukan prasangka, hanya sekedar bertanya.
Indonesia memang tidak mengenal pembagian kekuasaan berdasar etnis, namun kenyataannya mereka itu ada. Ada keturunan Tionghoa, Arab dan ada juga India. Singapura yang mayoritas penduduknya keturunan Tionghoa. memperlakukan mereka secara seimbang berdasar etnis. Itulah sebabnya Singapura menyelenggarakan siaran Radio dan TV dalam empat bahasa: Inggeris, Cina, Melayu dan India.
Dalam zaman reformasi sekarang ini, setiap penduduk harus mendapat kesempatan yang sama untuk berkarya dan mengembangkan diri tanpa hambatan apapun termasuk etnis.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar