Jumat, 21 April 2017

Ulama Perempuan Akan Berkongres di Cirebon



Sebuah kegiatan berjudul Kongres Ulama Perempuan Indonesia –KUPI- akan diselenggarakan di Cirebon pada 25-27 April 2017. Tujuan kongres adalah untuk mengangkat peranan perempuan dalam menerapkan ajaran Islam seperti guru agama, ustazah dan pakar yang berkarya di dunia Islam. Panitia Pengarah KUPI, Badriah Fayumi mengatakan, ulama perempuan cukup berperan dalam sejarah Indonesia tapi tidak mendapat porsi yang seimbang dalam pemberitaan media massa. Sayang, Badriah tidak menyebutkan contoh ulama perempuan yang dapat disejajarkan dengan tokoh-tokoh NU, Muhammadiyah, dan lain-lain.
Istilah ‘ulama perempuan’ belum banyak diketahui masyarakat Selama ini jika oramg menyebut ‘ulama’ yang terbayang adalah pria berjanggut, bersorban dan memakai baju gamis. Biasanya beliau-beliau itu memimpin pondok pesantran atau memimpin organisasi Islam. Ada juga yang tidak bersorban seperti Buya Hamka dan Gus Dur almarhum.
Keikutsertaan kaum perempuan dalam memajukan Islam sudah ditampung dalam organisasi-organisasi yang sudah ada seperti Aisiah di Muhammadiah dan Fatayat di NU.
Di luar organisasi-organisasi Islam yang sudah ada, ada juga perempuan penyandang gelar S1, S2 dan S3 bidang Islam yang terjun menjadi ustazah, memimpin majelis taklim dan muncul di TV.

Menghimpun kaum perempuan untuk meningkatkan dakwah dan pendidikan Islam, syah-syah saja. Namun yang sedikit mengganjal adalah istilah ‘ulama perempuan’ itu sendiri. Apa tidak bisa dicarikan istilah lain yang lebih pas?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar