Selasa, 04 September 2018

Yang Mengharumkan Nama RRI 1966-2001




Menjelang HUT RRI pada 11 September ada baiknya mengenang orang-orang yang telah bekerja keras dan mengharumkan nama RRI 1966-2001 baik secara kelembagaan maupun pribadi. Diantaranya adalah sebagai berikut.
  1. Soedjarwo. Reporter. Generasi penerus setelah Reporter Darmo Sugondo. Ia sangat piawai dalam mengungkap latar belakang peristiwa. Hapal tahap-tahap perjuangan bangsa Indonesia sampai hapal TAP-TAP MPR. Praktis, selain reporter ia juga menjadi jubir pemerintah. Ia pula yang menggagas peningkatan status Pemeberitaan RRI menjadi UPT dengan eselon sejajar dengan Stasiun RRI Nasional. Sayang Soedjarwo keburu pensiun dalam usia 56 tahun, sebelum gagasannya itu menjadi kenyataan. Disayangkan pula karena tidak ada yang mempromosikannya ke eselon lebih tinggi, padahal ia seorang brilian dan pemikir dalam organisasi radio.
  2. Abdul Muthallib. Reporter. Terkenal ketika melaporkan Mahmilub tahun 1967, khususnya ketika mantan Menteri Luar Negeri Subandrio menjadi terdakwa. Sayang hasrat Abdul Muthallib untuk menduduki posisi Kepala RRI Palembang tidak tercapai karena petinggi Deppen keliru menanggapi rekomendasi dari Gubernur Sumatera Selatan, Asnawi Mangku Alam.
  3. M. Sani dan Purboyo. Pasangan reporter yang pernah berkiprah di BBC London ini melaporkan pendaratan manusia pertama di bulan pada 1969. Mereka menyampaikan laporan di studio RRI Jl. Merdeka Barat Jakarta, ribuan kilometer jauhnya dari Tanjung Kennedy, tempat pesawat antariksa Apollo diluncurkan. Para pendengar menyangka kedua reporter berada di tempat peluncuran.
    M. Sani pula yang menggagas Pekan tilawatil Qur'an RRI bulan puasa 1969. Ia kecewa karena Musabaqah Tilawatil Qur'an yang semula disepakati diselenggarakan tiap bulan puasa, tahun 1969 disesuaikan dengan penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur'an Internasional di Kuala Lumpur, Malaysia. TVRI ikut bergabung menyiarkan Pekan Tilawatir Qur`an sejak M. Sani menjadi Kepala TVRI Jakarta tahun 1970.
  4. Wiratmo Sukito. Komentator, paling lama membuat komentar internasional untuk RRI sejak usia 28 tahun sampai 72 tahun. Analisa-analisanya sangat tajam. Misalnya ketika Gorbachov tampil dengan politik Troiska dan Glasnos, ia meramalkan bahwa Uni Soviet akan bubar. Dulunya seorang karyawan RRI sampai pada posisi kepala bidang, kemudian berhenti dan menjadi budayawan. Tulisan-tulisannya dimuat juga di koran-koran Pelita dan Merdeka.
  5. Djamalul Abidin Ass, Sori Siregar dan Darius Umari masing-masing sebagai penulis naskah, penyiar dan reporter. Mereka tercatat sebagai sastrawan Indonesia versi Majalah Sastera. Sori Siregar masih dapat dibaca cerpennya di koran Kompas.
  6. Asep Sujana. Penyiar. Masuk Golkar dan menjadi anggota DPR RI.

Itulah sejumlah nama yang mengharumkan nama RRI ditengah-tengah kesulitan yang ada. Tentu saja ini yang sempat membekas dalam ingatan penulis. Jika ada yang punya catatan lain silahkan menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar