Sabtu, 30 Maret 2019

Isu Kiamat Di Jawa Timur




Isu kiamat akan terjadi tahun 1922 merebak di Jawa Timur mengakibatkan warga dari sejumlah kecamatan menyelamatkan diri ke sebuah pesantren di Malang. Mereka menjual rumah seperempat dari harga sebenarnya demi cepat-cepat menyelamatkan diri. Pesantren tempat berlindung itu menjadi pilihan karena yakin dengan keterangan kiyai pemilik pondok yang menjamin aman berada di lingkungan pesanatrennya. Warga yang datang berlindung diwjibkan membayar 5 juta rupiah per KK dan membawa sembako untuk persediaan. Uang 5 juta rupiah antara lain untuk membangun tempat penampungan baru, termasuk pembayar listrik.
Ada dua hal yang menonjol dalam peristiwa ini. Pertama, ada kiyai pemilik pesantren yang yakin dengan pendapatnya bahwa kiamat akan terjadi tahun 1922. Kedua, ada warga yang pengetahuan Islamnya sangat dangkal sehingga percaya saja dengan pendapat seorang kiyai.
Pemerintah sudah bergerak untuk mencegah terjadinya eksodus ke pesantren di Malang, khususnya Pemda provinsi Jawa Timur yang gubernurnya sangat paham dengan masalah Islam. Sambil memberi pengertian kepada waga yang pengetahuan Islamnya sangat minim, sebaiknya kiyai pemilik pesantren di Malang harus dimintai pertanggungjawabannya. Seorang kiyai bisa saja berpendapat, namun kalau membuat resah masyarakat, sang kiyai harus dihentikan dan diberi sanksi.
Pemahaman yang standar menurut para ulama tentang kiamat adalah bahwa tidak ada manusia yang tahu kapan terjadinya. Tanda-tanda kiamat memang sudah terlihat, tetapi tanda-tanda itu tampak sejak zaman Nabi Muhammad SAW Ungkapan bahwa 'kiamat sudah dekat' adalah menurut ukuran waktu akhirat yang satu hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia. Lagi pula kalau kiamat terjadi, masa pesantren di Malang selamat, padahal bumi hancur?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar