Minggu, 01 Januari 2012

Memperbaharui Sikap Dalam Menjalani Tahun Baru 2012



Penduduk Dunia sudah berada dalam tahun baaru 2012. Kemeriahan menyambut tahun baru pun telah usai. Tinggal menghitung untung ruginya saja. Harapan untuk keadaan lebih baik muncul di lubuk hati tiap orang, khususnya mereka yang belum juga kunjung menikmati hidup sejahtera. Kerja keras semua kalangan dalam masyarakat memang satu-satunya kunci bagi meraih sukses. Kerja keras itu harus pula diiringi sikap mental yang lebih dewasa. Dulu ada ungkapan ‘Sepi ing pamrih rame ing gawe’, yang berarti lebih mengutamakan banyak bekerja ketimbang mengharap balasan. Kalau sudah punya sikap seperti itu, rasanya tidak perlu lagi korupsi yang dapat diterjemahkan sebagai keinginan memperoleh imbalan berlebihan dari pekerjaan seseorang.

Sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, menimbulkan pelbagai hal yang merugikan. Nabi Muhammad SAW mengatakan, “Celakalah orang yang berlebihan.” Berlebihan dalam kepemilikan harta, menimbulkan sorotan masyarakat. Contohnya seorang walikota yang membangun rumah dinas seharga milyaran rupiah. Rumah dinas itu dilengkapi lapangan tenis. Padahal wilayah kota yang dipimpin Pak Wali termasuk punya pemasukan keuangan yang rendah. Begitu juga anggota DPR yang punya mobil mewah. Rasanya tidak pantas karena rakyat yang diwakilinya sebagian besar masih melarat hidupnya. Itu artinya anggota DPR yang terhormat itu tidak punya rasa setia kawan dengan rakyat yang diwakilinya.
Sikap berlebihan lainnya adalah dalam mengeluarkan pernyataan. Masa ada anggota DPR yang mencerca KPK dengan kata-kata, “Induk semang kalian di sini.” Tentu saja kata-kata seperti berlebihan, lepas kendali. Anggota-anggota KPK memang dipilih DPR. Anggaran untuk KPK pun ditetapkan dengan persetujuan DPR. Tapi KPK bukan bekerja untuk DPR, layaknya karyawan dengan pimpinannya di sebuah perusahaan. KPK bekerja sesuai undang-undang, menyelidiki dan menangkap mereka yang punya bukti awal melakukan tindakan korupsi, termasuk anggota DPR sendiri!

Dalam menegakkan keadilan juga sering terjadi tindakan berlebihan. Yang terbaru adalah tentang seorang polisi berpangkat Briptu di Palu yang membawa seorang remaja ke depan meja hijau gara-gara dituduh mencuri sendal sang Briptu. Harga sendal hanya 35 ribu rupiah, tidak sebanding dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara. Belum lagi kerugian fisik dan mental yang dialami remaja bersangkutan akibat penganiayaan sebelum dihadapkan ke meja hijau. Kalau saja sang Briptu sedikit punya pengetahuan agama, tentu ia akan mengembalikannya kepada Allah SWT.Kehilangan adalah musibah dan musibah bermakna cobaan dan juga peringatan. Selama ini cukup banyak orang yang kehilangan harta benda bahkan puluhan juta rupiah nilainya. Biasanya berakhir pada laporan di kantor Polisi, tidak sampai ke Pengadilan.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, juga ada sikap berlebihan yaitu munculnya ‘Dewan Penyelamat Bangsa’. Entah apa langkah-langkah atau program-program yang dilakukan orang-orang yang tergabung dalam dewan ini, demi menyelamatkan Indonesia, tidak pula jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar