Rabu, 10 Oktober 2012

Mari Tersenyum


Ajakan untuk tersenyum dilakukan pada Rabu, 10 Oktober 2012 bertepatan dengan Hari Kesehatan Jiwa. Dengan tersenyum rasa tegang yang dialami seseorang akan hilang dan semua persoalan akan terselesaikan dengan baik.
Orang Indonesia sejak lama sudah lama menyadari perlunya senyum sebagai tanda pribadi yang menyenangkan dan bersahabat. Begitu pentingnya keberadaan senyum itu, sampai-sampai ada lagu yang berjudul ‘Senyum’. Jangan pula dilupakan bahwa satu-satunya negara yang memiliki seorang jenderal yang tersenyum hanya Indonesia. Seluruh dunia mengenalnya sebagai ‘The Smiling General’. Siapa lagi kalau bukan alm. Jenderal Suharto.
Ditinjau dari pandangan agama Islam, senyum adalah ibadah yang nilainya sama dengan sedekah. Kalau seseorang tidak punya apa-apa untuk disedekahkan, cukup tersenyum.
Dalam kehidupan sehari-hari, senyum terjadi secara spontan sebagai reaksi atas suatu sikap atau keadaan. Orang akan tersenyum ketika menyaksikan di TV prosesi pernikahan aneh antara seorang lelaki dengan boneka perempuan, seorang lelaki dengan buah nanas, seorang gadis kecil dengan seekor anjing dan upacara pemberkatan sejumlah hewan peliharaan di sebuah gereja di Philipina. Orang juga tersenyum mendengar ucapan seorang anggota DPR yang sedang kesal kepada KPK dengan kata-kata, “induk semang kalian itu di sini.” Senyum terjadi sebagai wujud rasa geli atas ucapan anggota DPR itu. Ia terdorong emosi sehingga lupa bahwa KPK tidak digaji oleh DPR.
Senyum juga akan mengembang ketika mendapat pujian orang lain.Sebaliknya jika mendapat cercaan, tentu sulit untuk tersenyum. Begitu juga ketika bertemu orang lain dengan sikap menyenangkan, senyum juga mudah tersungging. Sebaliknya sulit mengulas senyum jika bertemu orang yang sikapnya brengsek.
Kesimpulannya, tersenyumlah pada saat-saat yang tepat sebagai wujud pribadi yang menyenangkan, menghargai orang lain dan rasa optimis. Kalau tidak bisa tersenyum karena suasana hati sedang tidak nyaman, setidak-tidaknya jangan manyun atau cemberut. Hati-hati ketika sendirian, jangan tersenyum terus. Kalau itu dilakukan orang yang melihat akan meletakkan jari telunjuk di dahinya.
Himbauan untuk tersenyum pada Hari Kesehatan Jiwa itu mungkin karena melihat kenyataan bahwa orang Indonesia sudah jarang tersenyum pada saat yang seharusnya tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar