Senin, 16 Juli 2018

Reporter Pertama Yang Mengajak Pendengar Berdo'a




Dalam pertandingan olahraga seperti bulutangkis dan sepakbola para reporter sering mengajak pendengar/pemirsa berdo'a untuk kemenangan team nasional Indonesia. “Pendengar/pemirsa, waktu tinggal sedikit yang tersisa. Mari kita berdo'a agar team garuda dapat memenangkan pertandingan ini...” ajak sang reporter. Ajakan seperti itu seolah menjadi semacam keharusan, apalagi dalam keadaan team nasional Indonesia angkanya masih tertinggal dari lawan.
Nah, siapa reporter pertama yang punya gagasan mengajak pendengarnya berdo'a?
Dia adalah reporter RRI, Atun Budiono, mengajak pendengarnya berdo'a dalam pertandingan Piala Thomas di Tokyo tahun 1964. Keadaan waktu itu benar-benar mencekam. Team kita jauh tertinggal dari lawan. Tiba-tiba team kita seperti bangkit, mengejar satu demi satu ketinggalannya. Atun Budiono yang terkesima dengan keadaan itu, secara sepontan meminta pendengarnya, orang Indonesia di mana saja berada, untuk berdo'a bagi kemenengan team kita. Dan, alhamdulillah, Indonesia memenangkan pertandingan itu! Tidak jelas, apa pendengar, orang Indonesia di mana saja berada berdo'a saat itu. Dari banyak laporan yang masuk saat itu memang para pendengar benar-benar berdo'a untuk kemenangan team garuda.
Belakangan ini, walaupun reporter meminta pendengar/pemirsa berdo'a, tidak selalu membuat team kita menang.. Ingat ketika menjelang perebutan Piala AFF melawan Malaysia di Kuala Lumpur beberapa tahun silam,acara berdo'a diselenggarakan di Jakarta dengan menampilkan sejumlah ustadz untuk memimpin do'a. Ternyata..., team Indonesia kalah dari Malaysia. Gonzales yang diandalkan waktu itu, tendangannya meleset terus.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa berdo'a harus dilakukan dengan ikhlas, tidak perlu dipublikasikan secara luas. Sebab khawatir nantinya ria, jadi tidak ikhlas.
Wallahua'lam bissawab!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar