Rabu, 19 Juni 2013

Harga BBM Bersubsidi Jadi Juga Naik




Harga BBM bersubsidi jadi juga naik setelah DPR menyetujui Senin malam 17 Juni 2013 RUU APBN Perubahan 2013 disahkan menjadi UU. RUU APBN P 2013 sama sekali tidak menyebut soal kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun,  anggaran perubahan itu dibangun dengan asumsi harga BBM bersubsidi naik. Menteri Keuangan M Chatib Basri mengatakan, langkah menaikkan harga BBM bersubsidi tahun ini akan membuat APBN 2014 menjadi lebih baik. Defisitnya dipastikan berkisar 1,2 sampai 1,7 persen dari produk domestic bruto. Ringkasnya, kenaikan harga BBM bersubsidi akan menyelamatkan perekonomian Indonesia sehubungan melambungnya haarga minyak dunia.
Rakyat kebanyakan tentu tidak mengerti hitung-hitungan ekonomi. Mereka hanya melihat kenyataan di lapangan. Belum apa-apa harga kebutuhan pokok sudah melambung antara 20 sampai 100 persen. Perusahaan angkutan umum sedang mempersiapkan kenaikan tarif. Dengan naiknya ongkos pengangkutan, merembet pula ke ongkos produksi. Alhasil, kenaikan terjadi di semua keperluan hidup baik sembako mau pun  lainnya. Yang terkena dampaknya adalah sebagian besar rakyat berpenghasilan menengah ke bawah. Kalau diambil ukuran PNS adalah yang golongan III ke bawah. Dan TNI/Polri mungkin yang perwira menengah ke bawah. Kenaikan gaji yang sekali setahun itu tetap saja tidak mencukupi, dalam arti masih saja pada keadaan ‘pas-pasan’. Keadaan inilah yang luput dari pengamatan para ekonom pemerintah. Mereka menyangka kalangan berpenghasilan menengah ke bawah sudah lebih sejahtera dibandingkan semasa orba.
Memang ada bantuan untuk rakyat miskin sebagai kompensasi atas kenaikan harga BBM bersubsidi. Tapi yang dibantu itu adalah mereka berpenghasilan satu dolar Amerika ke bawah atau sekitar 10 ribu rupiah per hari. Dana kompensasi yang disediakan adalah  27,9 trilyun rupiah. Bantuan sebesar itu patut dihargai. Idealnya bukan karena kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi, melainkan karena memang harus begitu mengingat penghasilan yang sangat kecil itu. Dalam hal inilah perlunya studi banding ke negara-negara tetangga yang sudah sejahtera seperti Singapura dan Malaysia.Di sana harga BBM lebih mahal daripada Indonesia. Rakyatnya tenang-tenang saja karena penghasilan mereka sudah lebih dari cukup.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar