Kamis, 04 Juli 2013

Presiden Mesir Muhammad Moursi Digulingkan




Setelah memberi  ultimatum 48 jam sejak Senin, 1 Juli 2013, pada Rabu malam, 3 Juli 2013 militer Mesir pimpinan Jenderal Abdul Fatah Al Sisi, menggulingkan Presiden Muhammad Moursi dan menunjuk Ketua Mahkamah Konstitusi , Adly Mansour sebagai Presiden Sementara sampai diselenggarakannya pemilu baru. Jenderal Sisi memberi waktu 48 jam kepada Moursi untuk mengatasi sengketa dengan kelompok oposisi. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukan Moursi, karena kaum oposisi menuntut Presiden yang baru menjabat satu tahun itu mundur. Keadaan memang memanas karena para pendukung Moursi dan kaum oposisi saling berhadap-hadapan yang bisa berujung dengan bentrokan fisik. Selain menunjuk pengganti Moursi, Jenderal Sisi membekukan konstitusi dan membubarkan parlemen yang mayoritas anggotanya adalah  dari kelompok Ikhwanul Muslimin.
Campur tangan militer dalam mengatasi krisis politik di Mesir adalah suatu kemunduran. Setelah bersusahpayah menurunkan Presiden Mubarak, rakyat Mesir berhasil menaikkan seorang presiden dari kalangan sipil, Moursi, melalui pemilu yang syah. Konstitusi baru juga berhasil dibuat melalui referendum pada Desember 2012. Ada perbedaan pendapat antara Presiden dengan para pemimpin oposisi dalam melaksanakan kebijakan pemerintahan. Tapi itu seharusnya diselesaikan sesuai ketentuan konstitusi, bukan dengan mengerahkan massa menentang Presiden. Sedangkan dari pihak militer, seharusnya pula tetap mengawal konstitusi yang sudah disepakai melalui referendum itu, bukan bertindak yang justru bertentangan dengan konstitusi. Dengan menurunkan Presiden, Jenderal Sisi sudah berpihak kepada kaum oposisi. Tidakkah ada skenario lain dari kaum militer untuk kembali berkuasa dengan memanfaatkan krisis politik yang sedang terjadi?
Di pihak lain, Presiden terguling dan pengikut-pengikutnya tidak terima campur tangan militer itu. Moursi tetap menganggap dirinya sebagai Presiden yang syah. Artinya, kelompok Ikhwanul Muslimin akan melawan menghadapi kaum militer yang berkuasa di belakang layar. Keadaan ini sangat berbahaya dan mengakibatkan krisis politik yang terus menerus. Seandaninya Jenderal Sisi berniat tulus, pemilu baru dilaksanakan, konstitusi baru dibentuk, seorang Presiden baru lainnya dari kalangan sipil terpilih, apakah keadaan akan beres sendirinya? Jawabannya tergantung kepada para pemimpin Mesir sendiri untuk mampu melihat keadaan secara jernih, sesuai aspirasi rakyat yang sesungguhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar