Setelah memberi ultimatum
48 jam sejak Senin, 1 Juli 2013, pada Rabu malam, 3 Juli 2013 militer Mesir
pimpinan Jenderal Abdul Fatah Al Sisi, menggulingkan Presiden Muhammad Moursi
dan menunjuk Ketua Mahkamah Konstitusi , Adly Mansour sebagai Presiden Sementara
sampai diselenggarakannya pemilu baru. Jenderal Sisi memberi waktu 48 jam
kepada Moursi untuk mengatasi sengketa dengan kelompok oposisi. Sesuatu yang
tidak mungkin dilakukan Moursi, karena kaum oposisi menuntut Presiden yang baru
menjabat satu tahun itu mundur. Keadaan memang memanas karena para pendukung
Moursi dan kaum oposisi saling berhadap-hadapan yang bisa berujung dengan
bentrokan fisik. Selain menunjuk pengganti Moursi, Jenderal Sisi membekukan
konstitusi dan membubarkan parlemen yang mayoritas anggotanya adalah dari kelompok Ikhwanul Muslimin.
Campur tangan militer dalam mengatasi krisis politik di
Mesir adalah suatu kemunduran. Setelah bersusahpayah menurunkan Presiden
Mubarak, rakyat Mesir berhasil menaikkan seorang presiden dari kalangan sipil,
Moursi, melalui pemilu yang syah. Konstitusi baru juga berhasil dibuat melalui
referendum pada Desember 2012. Ada perbedaan pendapat antara Presiden dengan
para pemimpin oposisi dalam melaksanakan kebijakan pemerintahan. Tapi itu
seharusnya diselesaikan sesuai ketentuan konstitusi, bukan dengan mengerahkan
massa menentang Presiden. Sedangkan dari pihak militer, seharusnya pula tetap
mengawal konstitusi yang sudah disepakai melalui referendum itu, bukan
bertindak yang justru bertentangan dengan konstitusi. Dengan menurunkan
Presiden, Jenderal Sisi sudah berpihak kepada kaum oposisi. Tidakkah ada skenario
lain dari kaum militer untuk kembali berkuasa dengan memanfaatkan krisis
politik yang sedang terjadi?
Di pihak lain, Presiden terguling dan pengikut-pengikutnya
tidak terima campur tangan militer itu. Moursi tetap menganggap dirinya sebagai
Presiden yang syah. Artinya, kelompok Ikhwanul Muslimin akan melawan menghadapi
kaum militer yang berkuasa di belakang layar. Keadaan ini sangat berbahaya dan
mengakibatkan krisis politik yang terus menerus. Seandaninya Jenderal Sisi
berniat tulus, pemilu baru dilaksanakan, konstitusi baru dibentuk, seorang
Presiden baru lainnya dari kalangan sipil terpilih, apakah keadaan akan beres
sendirinya? Jawabannya tergantung kepada para pemimpin Mesir sendiri untuk
mampu melihat keadaan secara jernih, sesuai aspirasi rakyat yang sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar