Selasa, 03 Juni 2014

Pemerintahan Baru Palestina Terbentk



Pemerintahan baru Palestina yang mempersatukan kelompok Fatah dan Hamas terbentuk pada Senin, 2 Juni 2014 di Ramallah, Tepi Barat. Beranggotakan 17 menteri  berasal  dari kedua faksi, pemerintahan baru Palestina itu bertugas mempersiapkan pemilihan presiden dan  legislatif dalam enam bulan ke depan.
Bersatunya Fatah dan Hamas yang bertikai sejak 2007, merupakan tonggak penting perjuangan bangsa Palestina untuk memiliki negara sendiri yang berdaulat. Menurut Lawrence Davidson, guru  besar di West Chester University, persatuan Fatah dan Hamas merupakan langkah positif karena akan meningkatkan  kredibilitas Palestina di PBB dan peta dunia. Sedangkan mantan duta besar dan pengamat permanen Liga Arab di PBB, Clovis Maksoud, mengatakan persatuan Fatah dan Hamas akan memperkuat posisi tawar  Palestina  dalam menghadapi upaya dikte yang dilancarkan Israel.
Walaupun begitu penyelesaian masalah Palestina tidaklah mulus karena factor Israel sebagai biang kerok.   Israel  menyeru dunia internasional untuk tidak mengakui  pemerintahan  baru Palestina itu yang mengikutkan kelompok ‘teroris Hamas’ di dalamnya. Fatah dan Hamas akan sulit mengatur langkah bersama, mengingat Hamas tetap tidak mengakui keberadaan Israel. Taroklah nantinya dunia internasional (minus Amerika Serikat} mengakui pemerintahan baru Palestina, lantas, apa? Mampukah dunia internasional menekan Israel agar memenuhi keinginan bangsa Palestina? Keinginan bangsa Palestina itu bukan saja diakui sebagai sebuah negara berdaulat, malainkan juga dengan wilayah sebelum perang 1967.
Sudah dapat diperkirakan tidak akan terjadi perundingan antara Palestina – Israel untuk menyelesaikan masalah di kawasan itu. Jalan diplomasi memang harus diutamakan untuk menyelesaikan perselisihan antara dua negara. Tapi ketika diplomasi menemui jalan buntu, maka jalan lain melalui kekerasan senjata. Ini yang tidak mungkin dilakukan Palestina mengingat kekuatan militer Palestina jauh di bawah Israel. Lihat saja gempuran roket-roket Hamas dari Gaza ke wilayah Israel, tidak mampu menundukkan negeri Yahudi itu. Entahlah kalau suatu ketika muncul tokoh baru Arab yang menjadi penerus Gamal Abdel  Nasser yang menggempur Israel  pada 1967. Sampai kapanpun Israel tidak akan menyerahkan kembali wilayah Palestina yang direbutnya pada 1967. Wilayah itu harus direbut kembali dengan kekerasan senjata!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar