Sabtu, 30 Agustus 2014

Menyimak Damai Indonesiaku TV One




Acara ‘Damai Indonesiaku’ TV One pada 30 Agustus 2014 mengangkat thema tentang kepemimpinan dalam Islam. Bukan barang baru, sudah sering diungkap oleh para ustadz dalam pelbagai kesempatan, baik dulu maupun sekarang. Ini memang perlu, karena tanpa sering diingatkan, yang menjadi pemimpin bisa lupa, Pelbagai kasus yang menimpa para pemimpin sehingga berurusan dengan penegak hukum, disebabkan lupa pada tugasnya. Alih-alih mengutamakan kesejahteraan rakyat, malah mendahulukan kesejahteraan diri sendiri. Contoh pemimpin yang baik sudah diperlihatkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para khalifah. Umar bin Khatab misalnya, sebagai khalifah mengantar sendiri gandum ke rumah seorang rakyatnya yang kelaparan. Dalam keadaan sekarang ini tentu tidak harus begitu. Seorang pemimpin harus peka keadaan rakyat yang dipimpinnya, sehingga tidak sampai terjadi ada yang kelaparan.
Bahwa masih banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan, memang fakta walau persentasenya kecil dibandingkan dengan jumlah keseluruhan rakyat Indonesia. Jadi tidak bisa menjadi ukuran rata-rata bahwa seluruh rakyat belum sejahtera. Lebih jauh muncul kesimpulan, penyebabnya adalah para pemimpin yag tidak becus.Salah seorang ustad menyebutnya sebagai ketidakmampuan memberdayakan sumber alam yang melimpah. Tragisnya lagi, konon kekayaan alam Indonesia dinikmati bangsa lain. Pertanyaannya, apa iya sumber alam belum diberdayakan secara optimal? Apa iya kekayaan alam Indonesia dinikmati bangsa lain?
Mengingatkan kembali kepemimpinan yang berlandaskan Islam, jelas sangat baik. Namun, ketika menilai keadan yang sedang terjadi sebaiknya tidak dipukul rata, seolah-olah Indonesia sekarang dalam keadaan bangkrut. Akan lebih baik lagi, ketika mengatakan kekayaan alam Indonesia dinikmati bangsa lain, dilengkapi dengan data-data yang akurat, bukan sekedar perkiraan.
Para pemimpn yang muncul dalam 10 tahun terakhir, baik legeslatif maupun eksekutif, adalah pilihan rakyat sendiri.  Ketika sebagian dari mereka menyeleweng, bukankah berurusan dengan  penegak hukum? Tidak ada yang dilindungi, termasuk anggota kabinet. Siapa yang harus disalahkan? Masalahnya adalah: memilh pemimpin yang benar-benar menerapkan tuntunan  Islam dalam melaksanakan tugasnya. Ini  yang belum ada panduannya.
Semoga para ustad kita selalu mengemukakan hal-hal yang benar, baik dalili-dalil dalam agama Islam maupun penlaian keadaan yang didukung data dan fakta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar