Jumat, 06 April 2012

Siaran Indonesia Radio Nederland Akan Ditutup

Siaran Indonesia Radio Nederland yang diudarakan dari stasiunnya di Hilversum akan berakhir siarannya beberapa bulan mendatang. Alasannya, krisis keuangan di negeri Kincir Angin, sehingga sejumlah acara siaran Radio Nederland Wereld Omroep, termasuk dalam bahasa Indonesia, harus ditutup.Bagi pendengar setia Siaran Indonesia Radio Nederland kenyataan tersebut tentu membuat sedih karena tidak lagi mendengarkan penyiar-penyiar kesayangan membawakan berbagai acara yang menarik dan bermanfaat. Sedangkan di stasiun Radio Nederland Wereld Omroep di Hilversum, tidak akan ada lagi orang Indonesia bekerja tengah malam dan mengucapkan ‘selamat pagi’ kepada pendengar-pendengarnya di tanah air.
 Tujuan siaran berbahasa Indonesia radio-radio luar negeri adalah meningkatkan kerjasama dan saling pengertian  antara negara-negara tempat radio berada dengan orang Indonesia di Indonesia. Isi siaran pada dasarnya mengungkap keadaan negara pemilik radio, termasuk pelbagai fasilitas yang tersedia untuk melakukan kerjasama itu. Selain itu berita-berita perkembangan dunia dan menyoroti perkembangan terbaru di Indonesia. Nah, dalam kesempatan menyoroti Indonesia itu, seringkali terdengar nada sumbang berkaitan dengan sistem ketatanegaraan . Menurut para wartawan yang bekerja di stasiun-stasiun radio luar negeri, Indonesia bukanlah negara demokrasi seperti dipahami di negara-negara barat. Mereka menyiarkan opini dengan maksud orang Indonesia tertarik dan terpengaruh, lantas berusaha mengubah keadaan, sehingga Indonesia benar-benar menjadi negara yang demokratis.
Salah satu ciri negara demokratis  tampak pada kebebasan menyatakan pendapat, walaupun pendapat itu tidak menyenangkan pihak yang menjadi obyek. Dalam tahun 1982, Siaran Indonesia Radio Nederland menyiarkan komentar yang sifatnya mendiskreditkan pemerintahan orde baru. Direktur Radio M. Sani merasa tidak nyaman , lalu mengirim surat protes kepada pimpinan Radio Nederland yang isinya menyesalkan penyiaran komentar bernada sumbang itu. Jawaban dari pimpinan Radio Nederland adalah bahwa analisa yang terdapat dalam komentar itu sesuai kaidah-kaidah jurnalistik. Ia juga menyatakan pendapat dalam komentar bukanlah pendirian pemerintah Belanda. Kesimpulannya, permasalahan yang terjadi di Indonesia tentu tidak sama cara pandangnya antara radio luar negeri dengan orang Indonesia. Terpengaruh tidaknya pendengar Indonesia atas  opini yang dibentuk radio luar negeri, tentu tergantung kepada kualitas dan kecerdasan orang Indonesia sendiri. Sebegitu jauh tidak ada bukti bahwa terjadinya reformasi tahun 1998, gara-gara mendengarkan siaran radio luar negeri.
Berakhirnya Siaran Indonesia Radio Nederland, tidak berpengaruh apa-apa bagi bangsa Indonesia, kecuali hanya berkurangnya sumber informasi. Walaupun begitu patut juga kita menyatakan salut kepada Radio Nederland yang selama 65 tahun berusaha mempererat hubungan Indonesia dengan Belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar