Dalam acara TV ‘Mario Teguh The Golden Ways’ pada 19 Januari
2013 ada hal menarik untuk disimak yaitu ketika Mario Teguh mewawancarai
seorang korban banjir. Sang korban banjir mengeluh betapa sulitnya di pengungsian
dengan fasilitas hidup yang serba kurang. Ketika ditanyakan kepadanya, mengapa
tidak pindah tempat? Ia mengatakan ada juga keinginan, tapi tidak ada biaya
untuk menempati rumah lain yang aman dari banjir. Ketika ditanyakan lagi berapa
biaya diperlukan, ia menyebutkan sebuah angka. Lantas Mario menyarankan untuk
menabung antara lain dengan mengalihkan uang pembeli rokok. Dalam tempo tiga
tahun, biaya yang diperlukan dapat terkumpul. Dianjurkan menabung, sang korban
banjir mengatakan ‘ribet’ menabung, apalagi kalau menggunakan jasa sebuah bank.
Alhasil, ia menerima keadaan setiap tahun tempat tinggalnya dilanda banjir dan
hidup di pengungsian untuk beberapa waktu lamanya. Ia menjadi terbiasa dengan
banjir sambil terus memelihara kebiasaan merokok yang merusak kesehatan itu.
Rasa sayang meninggalkan rumah yang sudah tahunan dihuni, inilah
penyebab kebanyakan penduduk Ibukota bertahan dan tidak mau mencari tempat
tinggal lain yang aman dari terjangan banjir. Mereka tampaknya berharap upaya
Pemda DKI mengendalikan banjir suatu ketika membuahkan hasil, sehingga tetap aman di rumah masing-masing meski hujan
lebat turun.
Menjadikan Jakarta bebas banjir 100% tentu hanya mimpi
karena letaknya yang rendah. Yang dapat diusahakan adalah memperkecil akibat
datangnya air, sehingga tidak meluap-luap seperti sekarang. Pekerjaannya tentu
tidak mudah karena begitu banyak yang harus dilakukan seperti mengeruk kali-kali
yang sudah dangkal, memfungsikan waduk-waduk sebagaimana mestinya, membuat
gorong-gorong yang besar ukurannya, menghentikan kebiasaan penduduk membuang sampah ke kali-kali dan menyediakan
kawasan resapan air yang cukup. Semua keperluan mengatasi banjir sudah
dilakukan sungguh-sungguh oleh Pemda DKI sekarang. Hasilnya juga sudah tampak,
misalnya kawasan tertentu yang tahun lalu masih terserang banjir, tahun ini
sudah tidak lagi.
Yang dianjurkan pindah sebenarnya adalah penduduk yang
bertempat tinggal di kawasan rawan banjir sejak zaman dahulu kala karena
letaknya yang rendah itu. Pemda DKI seyogyanya membuat peta kawasan-kawasan
yang sebaiknya tidak dijadikan pemukiman dimasa mendatang. Dan, penduduk
diminta kesadaran untuk meninggalkan kawasan-kawasan tersebut dengan sukarela
demi aman dari terjangan banjir. Ini memerlukan perubahan mental penduduk dari ‘terbiasa’
terhadap banjir menjadi mencari tempat yang lebih aman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar