Senin, 20 Februari 2012

Parpol Islam Menjelang Pemilu 2014




Pemilu 2014 masih lama, namun semua partai yang akan turut serta dalam kegiatan ‘pesta demokrasi’ itu seyogyanya berbenah diri agar mencapai kemenangan, sehingga dapat mendudukkan kader-kadernya di DPR/DPRD. Agar mencapai hasil yang optimal perlu evaluasi untuk memperbaiki segala kekurangan dan memanfaatkan kelebihan yang ada. Belum lama di Jakarta sudah ada parpol yang menyelenggarakan pertemuan untuk pemenangan pemilu 2014, sekaligus menetapkan capresnya. Bagaimana dengan parpol berbasis massa Islam?
Belum ada yang menyelenggarakan pertemuan untuk pemenangan pemilu 2014. Salah satu parpol Islam pertengahan Pebruari 2012  menyelenggarakan ulang tahun di Jakarta. Kesempatan digunakan untuk menjelaskan apa dan bagaimana parpol tersebut.

Keberadaan parpol berbasis massa Islam menjadi sorotan sebuah seminar berjudul ‘Membangun Peradaban Islam’ di Jakarta akhir Januari lalu. Beberapa kesimpulan dari pandangan para pembicara adalah:
Pertama, perolehan suara parpol Islam terus menurun dari pemilu ke pemilu. Tahun 1955 mendapat 43%, tahun 1999  mendapat 36%, tahun 2004 mendapat 38% dan tahun 2009 dukungan terhadap parpol Islam malah turun menjadi 30%. Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi berpendapat bahwa menurunnya dukungan terhadap parpol Islam itu karena kurang percaya diri dengan garis-garis keislamannya sendiri. Bahkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) telah mendeklerasikan diri sebagai partai tengah yang terbuka. Burhanuddin Muhtadi yakin, jika parliamentary treshold dinaikkan menjadi 5% ada parpol Islam yang bakal dimuseumkan.
Kedua, berkurangnya minat terhadap parpol Islam disebabkan oleh kelakuan pimpinannya yang tidak dewasa, lebih pragmatis serta mementingkan diri sendiri dengan menumpuk kekuasaan dan materi sebesar-besarnya. Politikus dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Effendi Choirie bahkan menegaskan, pemilih sudah muak dengan simbol Islam yang dipakai parpol tapi kontradiktif dengan nilai-nilai keislaman. Pendapat ini ada benarnya. Ingat saja, anggota DPR yang dipenjarakan karena korupsi salah satunya berasal dari parpol Islam.

Pendapat-pendapat yang muncul baik dari sebuah seminar atau tanpa seminar, boleh disetujui atau sebaliknya. Yang penting meluruskan kembali cita-cita perjuangan Islam itu sendiri. Seorang kader parpol Islam harus menampilkan dirinya sesuai keislaman. Kalau ia seorang anggota DPR jadilah anggota DPR yang bijak, berbicara santun, tidak melecehkan pihak lain. Kalau ia seorang Kepala Daerah baik Tingkat I maupun II, hasil pekerjaannya harus dapat dirasakan manfaatnya bagi rakyat di daerah yang dipimpinnya. Sehingga tidak ada rakyat yang berkata, “Dari parpol Islam atau bukan yang mimpin, sama saja. Rakyat tetap saja melarat.” Begitu juga kader-kader parpol Islam yang duduk di kabinet dan lembaga-lembaga negara. Mereka punya kewajiban moral untuk menampilkan citra Islam lebih dari pemimpin yang beragama Islam tapi bukan kader parpol Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar