Seorang ustadz yang terkenal dengan penampilan berjubah,
serban dan memelihara rambut panjang tahu-tahu muncul di youtube sedang
marah-marah dalam bahasa Sunda sambil menginjak kepala seorang lelaki yang
dalam posisi berlutut. Sang ustadz naik pitam karena lelaki yang ternyata
petugas sound system menolak mencium kakinya sambil meminta maaf. Lelaki itu
dinilai lalai mengoperasikan sound system dengan baik sehingga ustadz merasa terganggu.
Peristiwa yang terjadi di Bandung itu, berakhir setelah seorang ustadz lain melerai
dan menyabarkannya. Konon sang ustadz
belakangan sadar dan meminta maaf kepada petugas sound system itu.
Bagaimanapun, ia telah gagal mengendalikan dirinya untuk
memenuhi unsur-unsur taqwa, yaitu
menahan marah dan mamaafkan orang (tanpa yang bersalah meminta maaf). Pad saat
itu, ia jauh dari taqwa.
Tidak ada akibat apa-apa bagi sang ustadz setelah peristiwa
tersebut. Kecuali, petugas sound system melapor ke polisi atas dakwaan ‘perbuatan
tidak menyenangkan’. Kalaupun ada akibat, kemungkinannya mengurangi rasa
simpati orang terhadap dirinya. Lebih jauh akan mengurangi jumlah undangan yang
berarti berkurang pula jumlah ‘amplop’.
Menjadi seorang ustadz memang tidak mudah. Menguasai ilmu
agama Islam saja, tidak cukup. Perlu kematangan jiwa sehingga berprilaku yang
pantas menjadi panutan masyarakat, bukan sebaliknya. Seorang ustadz harus
memahami perasaan orang lain, sehingga tidak berprilaku yang dapat menyinggung.
Seringkali seorang ustadz terjebak dengan ketenaran membuatnya tidak sengaja
menjadi ujub dan takabur. Ada seorang ustadz yang menolak menandatangani tanda
terima honorarium di sebuah instansi pemerintah. Ia bersungut-sungut sambil
berucap, “yang ngasi honor gedean aja nggak minta tanda tangan..” Seorang
ustadz lainnya berbicara di telpon kepada seorang pengundang di luar kota,”Apa tidak ada lagi ustadz
setempat?” Ucapan itu keluar karena merasa dirinya sudah berkelas nasional,
tidak layak diundang oleh sebuah mesjid tingkat kabupaten. Ada pula ustadz
ketika berceramah di sebuah acara TV menyebut nama seseorang yang dinilainya
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Padahal, sangat terlarang
mengungkap aib orang lain, apalagi di depan umum.
Kelakuan sang ustadz yang kurang simpatik yang sempat
tersebar di youtube itu semoga membawa hikmah, mendorong ustadz-ustadz lain
untuk senantiasa memelihara kualitas taqwa dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar